-->

Friday 3 November 2017

Lentog Tanjung Kuliner Kudus

Lentog Tanjung adalah kuliner Kudus yang menjadi makanan khas Kudus dan termasuk makanan murah lezat dengan harga merakyat. Lentog Tanjung berasal dari desa Tanjung Karang, Kecamatan Jati, Kudus. Lentog Tanjung adalah menu pilihan nikmat untuk sarapan di Kudus dan mudah ditemukan di seluruh pelosok Kudus.

LENTOG TANJUNG


Setiap daerah memiliki kuliner yang disajikan untuk sarapan. Lentog Tanjung adalah sarapan khas yang berasal dari desa Tanjung Karang, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus. Jika Jakarta memiliki nasi uduk dan nasi ulam sebagai menu sarapan yang gampang ditemui, maka Kudus juga memiliki Lentog Tanjung.

Lentog Tanjung sarapan khas Kudus
Lentog termasuk salah satu makanan favorit keluarga kami untuk sarapan di hari libur dan akhir pekan. Sajian ini terdiri dari lentog (lontong ukuran besar yang kemudian dipotong-potong), semur tahu, dan sayur lodeh. Sayur lodehnya mantap, karena dicampur tempe yang hampir busuk, atau istilah Kudusnya tempe wayu.

Jika ingin pedas, bisa ditambah cabai rawit atau sambal yang tersedia di meja. Sebagai pelengkap teman makan lentog, ada bakwan goreng, sate usus, sate telur puyuh dan kerupuk.

Rasa lentog ini memang khas dan sepertinya sulit ditiru. Istri saya pernah mencoba membuat sendiri di rumah berdasar resep yang beredar di internet, namun rasa dan teksturnya tidak bisa sama dengan yang dijual di warung-warung pinggir jalan.

Oya, menurut cerita, lentog ini berasal dari desa Tanjung Karang di Kecamatan Jati dan awalnya hanya dijual di daerah tersebut. Namun saat ini lentog bisa ditemui di hampir seluruh penjuru kota Kudus, mulai dari pusat kota sampai ke pinggiran. Kalau saya amati, bagi orang Kudus, lentog lebih populer dari pada soto Kudus dan sate kerbau. Mungkin karena harganya yang merakyat.

Saya tidak tau apakah semua penjual lentog saat ini semuanya berasal dari desa Tanjung Karang atau bukan. Namun, suatu siang di atas angkot dalam perjalanan menuju Terminal Jati, saya bertemu beberapa ibu penjual lentog yang akan pulang ke desa Tanjung. Mereka berkisah, kalau setiap pagi berangkat ke lokasi berjualan di tengah kota, dan ketika siang pulang kembali ke desa Tanjung.

Beberapa tetangga saya mengatakan kalau lentog yang paling enak adalah lentog tanjung Pak Toha yang hanya bisa ditemui di daerah Jati dan tidak buka cabang di tempat lain.

Nah, suatu saat ketika saya dan istri sedang belanja di pasar tiban dekat pabrik Djarum desa Gribig, kami melihat penjual lentog yang memajang nama lentog Pak Toha. Meski ragu itu warung lentog Pak Toha asli atau palsu (karena konon tidak buka cabang), kamipun sepakat mencoba. Rasanya memang maknyuss, beda dengan lentog yang pernah kami rasakan di tempat lain. Ketika ngobrol dengan penjualnya, dia mengaku kalau punya hubungan cucu dengan Pak Toha.

Meski demikian, sampai saat ini, warung lentog yang paling sering kami kunjungi adalah warung bu Maslikhah, di seberang jalan dekat Masjid Nurul Haq, Prambatan Kidul. Kalau dari arah alun-alun, lokasinya ada di sebelah kiri jalan setelah SPBU Prambatan.

Pertimbangannya selain kami cocok dengan rasanya, juga cuma 5 menit dari rumah. Putri kecil saya, Rara, yang berusia 4 tahun, sanggup menghabiskan seporsi lentog untuk dia sendiri kalau makan di sini.

Harga lentog di warung bu Maslikhah hanya empat ribu rupiah per porsi. Masih murah bukan?

Mau mencoba Lentog Tanjung Kudus? Silahkan datang dan mencicipi sendiri ya...

Baca juga :


No comments:

Post a Comment

TERBARU

Kudus Murah Karena Pelit?

KUDUS ADALAH KOTA TERMURAH DI INDONESIA KARENA ORANG KUDUS PELIT? Bisa dikatakan Kudus adalah kota dengan biaya hidup termurah dan paling ...