-->

Saturday 4 November 2017

Asal-usul desa Prambatan dan Mitos Kematian Beruntun

Asal-usul desa Prambatan, Prambatan Lor dan Prambatan Kidul

Asal-usul desa Prambatan, Prambatan Lor dan Prambatan Kidul kecamatan Kaliwungu kabupaten Kudus adalah peristiwa kematian beruntun yang sering terjadi atau merambat sehingga diberi nama desa Prambatan.

Ini adalah versi lain asal-usul desa Prambatan Kudus. Jika selama ini nama Prambatan selalu dikaitkan dengan tokoh Ratu Kalinyamat dan suaminya Pangeran Hadirin. Sang Pangeran harus berjalan sambil merambat akibat luka yang dideritanya karena diserang Aryo Penangsang.

Terkait:

Asal-usul nama Prambatan dan terbunuhnya Pangeran Hadirin

Pangeran Hadirin suami Ratu Kalinyamat

Namun, ada versi lain tentang asal-usul desa Prambatan, yaitu mitos kematian beruntun yang sering terjadi di desa Prambatan yang bisa jadi adalah alasan asal-usul nama desa Prambatan yang sebenarnya.

MITOS KEMATIAN BERUNTUN DI PRAMBATAN KUDUS


Saya tadinya tidak percaya dengan apa yang diungkapkan istri saya yang asli kelahiran desa Prambatan Lor. "Coba ayah perhatiin," katanya. "Di desa Prambatan sini, kalau ada satu saja orang meninggal, maka bisa dipastikan selang sehari atau dua hari kemudian bakal ada yang menyusul. Pernah kejadian dalam seminggu ada empat orang sekaligus yang meninggal."

Sebagai orang yang percaya bahwa jodoh, rejeki, dan kematian setiap makhluk sudah ditetapkan Allah SWT, itu semua saya anggap angin lalu. Kan bisa jadi semua itu hanya kebetulan. Kebetulan pas jatah umurnya habis, kok ya pas berdomisili di desa ini. Bisa jadi juga karena faktor tingkat kepadatan penduduk. Karena penduduk bertambah banyak, maka ketika ada yang meninggal seakan-akan waktu kematiannya berurutan. Jadi paling itu hanya bisa-bisanya orang sini saja yang pakai ilmu gathuk, lalu memupuknya hingga jadi mitos.

Namun setelah lama tinggal di Prambatan saya jadi sering mengalami dan melihat sendiri bagaimana malaikat maut bisa menjemput secara berenteng. Misal pagi ini si A meninggal kemudian dimakamkan, kemudian tiba-tiba sorenya diumumkan lewat masjid dan musholla kalau ganti si B yang meninggal, padahal rumahnya tidak jauh dari si A. Besok paginya ganti mbah C yang tinggal di Rt sebelah diumumkan menyusul ke alam barzakh. Sehingga pernah suatu saat pengurus Rt tempat saya tinggal mengeluh sulit meminjam tratag untuk tetangga yang wafat karena
semalam sudah "keduluan" dipakai orang yang juga wafat di Rt sebelah.

Tapi tidak beruntun terus tanpa berhenti lho ya, kalau begitu terus bisa habis penduduk Prambatan dalam waktu singkat karena "dijemput" semua. Jika sudah tiga atau empat orang meninggal secara beruntun, biasanya lamaaa sekali tidak ada kabar duka. Nanti, ketika beberapa bulan kemudian ada yang meninggal, maka dia seakan menjadi pembuka jalan bagi tetangganya untuk ikut menyusul. Sehingga kalau saya rasakan seperti membentuk semacam pola teratur.

Yang menurut saya terlihat mencolok adalah peristiwa dalam seminggu terakhir sebelum artikel ini ditulis (6 Nop 2017). Di gang belakang masjid Nurul Haq, Prambatan Kidul, sebelumnya ada seorang anak berusia dua tahun meninggal. Kemudian dalam hitungan hari, mulailah yang lain ikut menyusul. Sehingga kalau kita menyusuri gang tersebut dari arah jalan raya, dalam satu garis lurus, akan terlihat beberapa tratag (tenda) yang didirikan sebagai penanda keluarga pemilik rumah sedang mengalami musibah kematian. Bayangkan itu dalam satu jalan lurus dan jarak antar rumah yang sedang kena musibah hanya sekitar 50-100 meteran.

Saya yang tadinya acuh tak acuh, jadi terpengaruh juga dengan fenomena ini. Bahkan punya pengalaman mistis tersendiri. Jadi ceritanya, saya punya kebiasaan membaca sebelum tidur. Suatu malam karena terlalu asyik membaca, jam sudah menunjukkan waktu mendekati tengah malam. Lalu terjadilah sesuatu yang tidak biasa, suara ayam berkokok terdengar bersahut-sahutan, mungkin sekitar satu menit. Itu jelas tidak lumrah, karena umumnya ayam berkokok menjelang subuh. Kemudian esok paginya, ba'da subuh, diumumkan di masjid kalau si D meninggal dunia jam 1 pagi dinihari. Bisa jadi peristiwa ayam berkokok itu pertanda kalau ada "jemputan", atau bisa juga sebenarnya itu teriakan minta tolong para ayam karena ada maling ayam hahaha....

Yang jelas buat saya, tidak perlu sampai menjadikan fenomena ini menjadi mitos. Sampai saat ini saya masih punya pedoman bahwa rejeki, jodoh dan mati sudah ditetapkan. Bahwa kok bisa ada fenomena meninggal berantai seperti ini, ya itu kita serahkan kembali kepada Allah SWT. Yang penting bagi kita yang belum mendapat giliran adalah selalu berbuat baik dan menambah bekal pahala agar siap kalau tiba waktunya.

Tapi, mari kita pikirkan sekali lagi. Jangan-jangan mengapa wilayah ini dinamakan Prambatan bukan karena Pangeran Hadirin yang harus jalan sambil merambat, melainkan karena fenomena kematian beruntun atau merambat.

Demikian versi lain asal-usul munculnya desa Prambatan, Prambatan Lor dan Prambatan Kidul. Semoga dapat bermanfaat menambah kekayaan cerita legenda dan mitos di Prambatan dan Kabupaten Kudus.

No comments:

Post a Comment

TERBARU

Kudus Murah Karena Pelit?

KUDUS ADALAH KOTA TERMURAH DI INDONESIA KARENA ORANG KUDUS PELIT? Bisa dikatakan Kudus adalah kota dengan biaya hidup termurah dan paling ...