Skip to main content

Asal-usul desa Prambatan dan Mitos Kematian Beruntun

Asal-usul desa Prambatan, Prambatan Lor dan Prambatan Kidul

Asal-usul desa Prambatan, Prambatan Lor dan Prambatan Kidul kecamatan Kaliwungu kabupaten Kudus adalah peristiwa kematian beruntun yang sering terjadi atau merambat sehingga diberi nama desa Prambatan.

Ini adalah versi lain asal-usul desa Prambatan Kudus. Jika selama ini nama Prambatan selalu dikaitkan dengan tokoh Ratu Kalinyamat dan suaminya Pangeran Hadirin. Sang Pangeran harus berjalan sambil merambat akibat luka yang dideritanya karena diserang Aryo Penangsang.

Terkait:

Asal-usul nama Prambatan dan terbunuhnya Pangeran Hadirin

Pangeran Hadirin suami Ratu Kalinyamat

Namun, ada versi lain tentang asal-usul desa Prambatan, yaitu mitos kematian beruntun yang sering terjadi di desa Prambatan yang bisa jadi adalah alasan asal-usul nama desa Prambatan yang sebenarnya.

MITOS KEMATIAN BERUNTUN DI PRAMBATAN KUDUS


Saya tadinya tidak percaya dengan apa yang diungkapkan istri saya yang asli kelahiran desa Prambatan Lor. "Coba ayah perhatiin," katanya. "Di desa Prambatan sini, kalau ada satu saja orang meninggal, maka bisa dipastikan selang sehari atau dua hari kemudian bakal ada yang menyusul. Pernah kejadian dalam seminggu ada empat orang sekaligus yang meninggal."

Sebagai orang yang percaya bahwa jodoh, rejeki, dan kematian setiap makhluk sudah ditetapkan Allah SWT, itu semua saya anggap angin lalu. Kan bisa jadi semua itu hanya kebetulan. Kebetulan pas jatah umurnya habis, kok ya pas berdomisili di desa ini. Bisa jadi juga karena faktor tingkat kepadatan penduduk. Karena penduduk bertambah banyak, maka ketika ada yang meninggal seakan-akan waktu kematiannya berurutan. Jadi paling itu hanya bisa-bisanya orang sini saja yang pakai ilmu gathuk, lalu memupuknya hingga jadi mitos.

Namun setelah lama tinggal di Prambatan saya jadi sering mengalami dan melihat sendiri bagaimana malaikat maut bisa menjemput secara berenteng. Misal pagi ini si A meninggal kemudian dimakamkan, kemudian tiba-tiba sorenya diumumkan lewat masjid dan musholla kalau ganti si B yang meninggal, padahal rumahnya tidak jauh dari si A. Besok paginya ganti mbah C yang tinggal di Rt sebelah diumumkan menyusul ke alam barzakh. Sehingga pernah suatu saat pengurus Rt tempat saya tinggal mengeluh sulit meminjam tratag untuk tetangga yang wafat karena
semalam sudah "keduluan" dipakai orang yang juga wafat di Rt sebelah.

Tapi tidak beruntun terus tanpa berhenti lho ya, kalau begitu terus bisa habis penduduk Prambatan dalam waktu singkat karena "dijemput" semua. Jika sudah tiga atau empat orang meninggal secara beruntun, biasanya lamaaa sekali tidak ada kabar duka. Nanti, ketika beberapa bulan kemudian ada yang meninggal, maka dia seakan menjadi pembuka jalan bagi tetangganya untuk ikut menyusul. Sehingga kalau saya rasakan seperti membentuk semacam pola teratur.

Yang menurut saya terlihat mencolok adalah peristiwa dalam seminggu terakhir sebelum artikel ini ditulis (6 Nop 2017). Di gang belakang masjid Nurul Haq, Prambatan Kidul, sebelumnya ada seorang anak berusia dua tahun meninggal. Kemudian dalam hitungan hari, mulailah yang lain ikut menyusul. Sehingga kalau kita menyusuri gang tersebut dari arah jalan raya, dalam satu garis lurus, akan terlihat beberapa tratag (tenda) yang didirikan sebagai penanda keluarga pemilik rumah sedang mengalami musibah kematian. Bayangkan itu dalam satu jalan lurus dan jarak antar rumah yang sedang kena musibah hanya sekitar 50-100 meteran.

Saya yang tadinya acuh tak acuh, jadi terpengaruh juga dengan fenomena ini. Bahkan punya pengalaman mistis tersendiri. Jadi ceritanya, saya punya kebiasaan membaca sebelum tidur. Suatu malam karena terlalu asyik membaca, jam sudah menunjukkan waktu mendekati tengah malam. Lalu terjadilah sesuatu yang tidak biasa, suara ayam berkokok terdengar bersahut-sahutan, mungkin sekitar satu menit. Itu jelas tidak lumrah, karena umumnya ayam berkokok menjelang subuh. Kemudian esok paginya, ba'da subuh, diumumkan di masjid kalau si D meninggal dunia jam 1 pagi dinihari. Bisa jadi peristiwa ayam berkokok itu pertanda kalau ada "jemputan", atau bisa juga sebenarnya itu teriakan minta tolong para ayam karena ada maling ayam hahaha....

Yang jelas buat saya, tidak perlu sampai menjadikan fenomena ini menjadi mitos. Sampai saat ini saya masih punya pedoman bahwa rejeki, jodoh dan mati sudah ditetapkan. Bahwa kok bisa ada fenomena meninggal berantai seperti ini, ya itu kita serahkan kembali kepada Allah SWT. Yang penting bagi kita yang belum mendapat giliran adalah selalu berbuat baik dan menambah bekal pahala agar siap kalau tiba waktunya.

Tapi, mari kita pikirkan sekali lagi. Jangan-jangan mengapa wilayah ini dinamakan Prambatan bukan karena Pangeran Hadirin yang harus jalan sambil merambat, melainkan karena fenomena kematian beruntun atau merambat.

Demikian versi lain asal-usul munculnya desa Prambatan, Prambatan Lor dan Prambatan Kidul. Semoga dapat bermanfaat menambah kekayaan cerita legenda dan mitos di Prambatan dan Kabupaten Kudus.

Comments

Popular posts from this blog

Gramedia Kudus

TOKO BUKU GRAMEDIA DI KUDUS Perjuangan kami mencari lokasi Toko Buku GRAMEDIA di Kudus  Tahun ajaran baru 2018-2019 hampir dimulai. Seperti umumnya orang tua murid yang lain, kami pun ikut berburu buku pelajaran yang sesuai dengan kurikulum terbaru. Tempat terpercaya yang sudah menjadi langganan kami sejak lama tentu saja TOKO BUKU GRAMEDIA. Walau hampir dua tahun berdomisili di kota Kudus, kami ini belum hafal seluk beluk kota Kudus seluruhnya, apalagi kami termasuk keluarga yang jarang jalan-jalan ke Mall, hiburan kami jika hari libur paling pergi ke taman bermain atau  berenang. Jadi, kami tidak tau dimanakah letak TOKO BUKU GRAMEDIA di Kudus. Maka dimulailah perburuan kami mencari lokasi TOKO BUKU GRAMEDIA di Kudus dengan dibantu keterangan dan panduan dari mbah Google. Kami menemukan dua situs yang memuat cabang Gramedia di Kudus, yaitu situs WIkiwand dan Wikipedia. Menurut Wikiwand, Gramedia terletak di lantai 4 Mall Kudus tepat di kawasan Simpang Tu...

Asal-usul desa Prambatan, Prambatan Lor dan Prambatan Kidul

ASAL-USUL NAMA PRAMBATAN, DESA PRAMBATAN LOR DAN DESA PRAMBATAN KIDUL, KECAMATAN KALIWUNGU, KABUPATEN KUDUS Asal-usul Prambatan dan asal-usul nama desa Prambatan berdasarkan legenda selalu dikaitkan dengan Pangeran Hadirin suami Ratu Kalinyamat penguasa Jepara yang gugur dibunuh Arya Penangsang. Prambatan berada sekitar 1,5 km dari Menara Kudus yang menjadi pusat kota Kudus tempo dulu. Prambatan menjadi medan pertempuran antara dua kekuatan yang memperebutkan tahta kerajaan Demak setelah wafatnya Sultan Trenggono. Saat ini Prambatan dibagi menjadi dua desa, yaitu Prambatan Lor dan Prambatan Kidul di Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus. Baca juga: Mitos Kematian Beruntun di Prambatan Kisah asal-usul Prambatan dan nama desa Prambatan Lor dan Prambatan Kidul Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus adalah sebagai berikut: asal-usul Prambatan - peta desa Prambatan Lor Pati Unus, Raja ke dua kerajaan Demak hanya sebentar berada di atas tahta. Kelelahan fisik selama memimpin...

Orang Kudus Terkenal Pelit

ORANG KUDUS TERKENAL PELIT Bagi masyarakat di luar Kudus, berkembang opini orang Kudus pelit, kikir bahkan medhit. Entah siapa yang awalnya menyebarkan bahwa orang Kudus itu pelit. Namun jangankan orang luar Kudus, orang Kudus sendiri juga kadang mengatakan tetangganya yang orang Kudus asli ada yang pelit kok. Padahal yang bilang tetangganya pelit itu sebetulnya juga sama, yaitu sama-sama kikir bin medhit hahahaha....... Saya bukan orang kelahiran Kudus, tapi berhubung saya sudah hampir dua tahun berdomisili di kota ini, mau tidak mau saya adalah bagian dari sistem dan bagian dari masyarakat Kudus, sehingga saya wajib membuat pembelaan. Jadi pendapat atau pandangan bahwa orang Kudus terkenal pelit hanyalah mitos belaka. Karena semua memang tergantung pada definisi atau pengertian kosa kata pelit itu sendiri. Saya rasa wajar kalau seseorang berusaha hemat dan irit dalam mengeluarkan uang untuk keperluan biaya hidup sehari-hari. Motivasinya tentulah sesuai peribahasa jangan...