Skip to main content

Lentog Tanjung Kuliner Kudus

Lentog Tanjung adalah kuliner Kudus yang menjadi makanan khas Kudus dan termasuk makanan murah lezat dengan harga merakyat. Lentog Tanjung berasal dari desa Tanjung Karang, Kecamatan Jati, Kudus. Lentog Tanjung adalah menu pilihan nikmat untuk sarapan di Kudus dan mudah ditemukan di seluruh pelosok Kudus.

LENTOG TANJUNG


Setiap daerah memiliki kuliner yang disajikan untuk sarapan. Lentog Tanjung adalah sarapan khas yang berasal dari desa Tanjung Karang, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus. Jika Jakarta memiliki nasi uduk dan nasi ulam sebagai menu sarapan yang gampang ditemui, maka Kudus juga memiliki Lentog Tanjung.

Lentog Tanjung sarapan khas Kudus
Lentog termasuk salah satu makanan favorit keluarga kami untuk sarapan di hari libur dan akhir pekan. Sajian ini terdiri dari lentog (lontong ukuran besar yang kemudian dipotong-potong), semur tahu, dan sayur lodeh. Sayur lodehnya mantap, karena dicampur tempe yang hampir busuk, atau istilah Kudusnya tempe wayu.

Jika ingin pedas, bisa ditambah cabai rawit atau sambal yang tersedia di meja. Sebagai pelengkap teman makan lentog, ada bakwan goreng, sate usus, sate telur puyuh dan kerupuk.

Rasa lentog ini memang khas dan sepertinya sulit ditiru. Istri saya pernah mencoba membuat sendiri di rumah berdasar resep yang beredar di internet, namun rasa dan teksturnya tidak bisa sama dengan yang dijual di warung-warung pinggir jalan.

Oya, menurut cerita, lentog ini berasal dari desa Tanjung Karang di Kecamatan Jati dan awalnya hanya dijual di daerah tersebut. Namun saat ini lentog bisa ditemui di hampir seluruh penjuru kota Kudus, mulai dari pusat kota sampai ke pinggiran. Kalau saya amati, bagi orang Kudus, lentog lebih populer dari pada soto Kudus dan sate kerbau. Mungkin karena harganya yang merakyat.

Saya tidak tau apakah semua penjual lentog saat ini semuanya berasal dari desa Tanjung Karang atau bukan. Namun, suatu siang di atas angkot dalam perjalanan menuju Terminal Jati, saya bertemu beberapa ibu penjual lentog yang akan pulang ke desa Tanjung. Mereka berkisah, kalau setiap pagi berangkat ke lokasi berjualan di tengah kota, dan ketika siang pulang kembali ke desa Tanjung.

Beberapa tetangga saya mengatakan kalau lentog yang paling enak adalah lentog tanjung Pak Toha yang hanya bisa ditemui di daerah Jati dan tidak buka cabang di tempat lain.

Nah, suatu saat ketika saya dan istri sedang belanja di pasar tiban dekat pabrik Djarum desa Gribig, kami melihat penjual lentog yang memajang nama lentog Pak Toha. Meski ragu itu warung lentog Pak Toha asli atau palsu (karena konon tidak buka cabang), kamipun sepakat mencoba. Rasanya memang maknyuss, beda dengan lentog yang pernah kami rasakan di tempat lain. Ketika ngobrol dengan penjualnya, dia mengaku kalau punya hubungan cucu dengan Pak Toha.

Meski demikian, sampai saat ini, warung lentog yang paling sering kami kunjungi adalah warung bu Maslikhah, di seberang jalan dekat Masjid Nurul Haq, Prambatan Kidul. Kalau dari arah alun-alun, lokasinya ada di sebelah kiri jalan setelah SPBU Prambatan.

Pertimbangannya selain kami cocok dengan rasanya, juga cuma 5 menit dari rumah. Putri kecil saya, Rara, yang berusia 4 tahun, sanggup menghabiskan seporsi lentog untuk dia sendiri kalau makan di sini.

Harga lentog di warung bu Maslikhah hanya empat ribu rupiah per porsi. Masih murah bukan?

Mau mencoba Lentog Tanjung Kudus? Silahkan datang dan mencicipi sendiri ya...

Baca juga :

https://prambatankudus.blogspot.com/2024/12/sarapan-di-kudus.html

Comments

Popular posts from this blog

Gramedia Kudus

TOKO BUKU GRAMEDIA DI KUDUS Perjuangan kami mencari lokasi Toko Buku GRAMEDIA di Kudus  Tahun ajaran baru 2018-2019 hampir dimulai. Seperti umumnya orang tua murid yang lain, kami pun ikut berburu buku pelajaran yang sesuai dengan kurikulum terbaru. Tempat terpercaya yang sudah menjadi langganan kami sejak lama tentu saja TOKO BUKU GRAMEDIA. Walau hampir dua tahun berdomisili di kota Kudus, kami ini belum hafal seluk beluk kota Kudus seluruhnya, apalagi kami termasuk keluarga yang jarang jalan-jalan ke Mall, hiburan kami jika hari libur paling pergi ke taman bermain atau  berenang. Jadi, kami tidak tau dimanakah letak TOKO BUKU GRAMEDIA di Kudus. Maka dimulailah perburuan kami mencari lokasi TOKO BUKU GRAMEDIA di Kudus dengan dibantu keterangan dan panduan dari mbah Google. Kami menemukan dua situs yang memuat cabang Gramedia di Kudus, yaitu situs WIkiwand dan Wikipedia. Menurut Wikiwand, Gramedia terletak di lantai 4 Mall Kudus tepat di kawasan Simpang Tu...

Asal-usul desa Prambatan, Prambatan Lor dan Prambatan Kidul

ASAL-USUL NAMA PRAMBATAN, DESA PRAMBATAN LOR DAN DESA PRAMBATAN KIDUL, KECAMATAN KALIWUNGU, KABUPATEN KUDUS Asal-usul Prambatan dan asal-usul nama desa Prambatan berdasarkan legenda selalu dikaitkan dengan Pangeran Hadirin suami Ratu Kalinyamat penguasa Jepara yang gugur dibunuh Arya Penangsang. Prambatan berada sekitar 1,5 km dari Menara Kudus yang menjadi pusat kota Kudus tempo dulu. Prambatan menjadi medan pertempuran antara dua kekuatan yang memperebutkan tahta kerajaan Demak setelah wafatnya Sultan Trenggono. Saat ini Prambatan dibagi menjadi dua desa, yaitu Prambatan Lor dan Prambatan Kidul di Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus. Baca juga: Mitos Kematian Beruntun di Prambatan Kisah asal-usul Prambatan dan nama desa Prambatan Lor dan Prambatan Kidul Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus adalah sebagai berikut: asal-usul Prambatan - peta desa Prambatan Lor Pati Unus, Raja ke dua kerajaan Demak hanya sebentar berada di atas tahta. Kelelahan fisik selama memimpin...

Orang Kudus Terkenal Pelit

ORANG KUDUS TERKENAL PELIT Bagi masyarakat di luar Kudus, berkembang opini orang Kudus pelit, kikir bahkan medhit. Entah siapa yang awalnya menyebarkan bahwa orang Kudus itu pelit. Namun jangankan orang luar Kudus, orang Kudus sendiri juga kadang mengatakan tetangganya yang orang Kudus asli ada yang pelit kok. Padahal yang bilang tetangganya pelit itu sebetulnya juga sama, yaitu sama-sama kikir bin medhit hahahaha....... Saya bukan orang kelahiran Kudus, tapi berhubung saya sudah hampir dua tahun berdomisili di kota ini, mau tidak mau saya adalah bagian dari sistem dan bagian dari masyarakat Kudus, sehingga saya wajib membuat pembelaan. Jadi pendapat atau pandangan bahwa orang Kudus terkenal pelit hanyalah mitos belaka. Karena semua memang tergantung pada definisi atau pengertian kosa kata pelit itu sendiri. Saya rasa wajar kalau seseorang berusaha hemat dan irit dalam mengeluarkan uang untuk keperluan biaya hidup sehari-hari. Motivasinya tentulah sesuai peribahasa jangan...