TONJOKAN
– UNDANGAN PERNIKAHAN UNIK ALA ORANG KUDUS
Bagi Anda yang sedang mencari ide desain undangan pernikahan, sedang merancang kartu undangan, atau memesan dan mencetak kartu undangan pernikahan Anda, atau sedang bingung bagaimana cara mengirimkan undangan pernikahan, maka tonjokan yang merupakan tradisi mengirimkan undangan pernikahan ala masyarakat Kudus dapat menjadi alternatif undangan unik untuk pernikahan Anda.
Tonjokan
sendiri bagi sebagian orang bisa berarti tinju atau pukulan yang
menyakitkan. Namun bagi masyarakat Kudus yang masih menerapkan
tradisi ini, Tonjokan merupakan
cara elegan untuk menyampaikan undangan ketika mengadakan hajatan
seperti pernikahan dan khitanan.
Jadi,
seperti apa sih bentuk tonjokan
yang menjadi undangan pernikahan unik khas masyarakat kabupaten
Kudus?
Tonjokan
sebenarnya adalah kiriman
bingkisan makanan yang umumnya terdiri dari nasi lengkap dengan
lauknya beserta jajan pasar. Sehingga bisa dibilang mirip dengan nasi
berkat yang biasa kita terima jika sedang ada slametan atau
tasyakuran. Namun yang
unik, di dalam kotak disisipi selembar kertas putih berisi undangan
untuk menghadiri pernikahan atau khitanan (tergantung tujuan yang
punya hajat). Ini tentu berbeda dengan kebiasaan masyarakat Jakarta
dan kota-kota besar lainnya yang hanya mengirimkan undangan
pernikahan berupa kartu.
Nasi tonjokan yang saya terima baru-baru ini. Terlihat selembar kertas undangan di dalamnya |
Pada umumnya tonjokan dilaksanakan sekitar tiga hari sebelum hari H pernikahan. Pada H-3 tersebut, keluarga yang sedang punya hajat biasanya sedang sibuk-sibuknya. Mereka akan mengundang ibu-ibu tetangga dekat untuk rewang membantu memasak serta mengirimkan bingkisan nasi tonjokan kepada tetangga, kerabat serta kenalan yang akan diundang. Apakah harus H-3? Ya nggak harus sih. Cuma kalau rentang waktunya terlalu jauh, bisa-bisa yang diundang malah lupa datang.
Bagi orang yang menerima undangan melalui tonjokan ini mau tidak mau merasa wajib hadir di acara tersebut. Lha wong sudah menikmati kiriman nasi lengkap dengan lauk pauknya kok masih tega-teganya gak datang haha... Kan jadi gak enak dihati rasanya.
Maka tradisi tonjokan bisa dikatakan sebagai upaya mengamankan tamu undangan agar mereka merasa wajib hadir. Selain itu jika dirunut ke belakang masih erat kaitannya dengan ajaran agama Islam yang menganjurkan untuk banyak shodaqoh sebagai salah satu sarana penarik rizqi sehingga lebih baik memberi dari pada menerima dan juga kata pepatah barang siapa menabur benih akan mendapat panenan, panenan amplop sumbangan alias angpau tentunya.
Oya, jangkauan pengiriman undangan ala tonjokan kadang tidak tanggung-tanggung loh. Tidak hanya terbatas pada orang sekampung. Jika kebetulan yang punya hajat memiliki kenalan atau kerabat di desa lain atau kecamatan yang lain, selama memungkinkan dan kendaraan untuk itu tersedia, maka pengiriman akan tetap dilakukan.
Nah, unik bukan cara orang Kudus mengirimkan undangan pernikahan? Dari pada kita menghabiskan dana hanya untuk mencetak undangan dengan desain wah agar terkesan mewah yang kemudian selesai acara berakhir menjadi tumpukan sampah kertas, lebih baik kita jadikan tradisi tonjokan ala masyarakat Kudus ini sebagai cara alternatif mengirimkan undangan. Yang dikirimi undangan akan senang karena perut kenyang, pihak pengundang juga merasa tenang karena tamu undangan beserta angpau pasti datang
Comments
Post a Comment