-->

Sunday 22 April 2018

Asal-usul Damaran Kudus


ASAL-USUL DAMARAN KUDUS


Damaran adalah nama sebuah desa di Kecamatan Kota Kabupaten Kudus. Lokasinya tidak jauh dari desa Kauman tempat berdirinya Menara Kudus. Asal-usul nama desa Damaran berasal dari kata damar, yaitu sejenis pohon yang disebut pohon damar atau damar raja yang diambil getahnya sehingga istilah damar pada jaman dulu juga identik dengan getah damar. Diperkirakan kawasan tersebut pada jaman dulu adalah pusat perdagangan damar sehingga masyarakat kemudian menyebut daerah itu dengan nama damaran.

Legenda berdirinya desa Damaran


Legenda yang berkembang di masyarakat mengenai asal-usul nama desa Damaran adalah kerika putra Sunan Kudus mengadu kesaktian dengan Sunan Kedu melalui acara sabung ayam di petajen. Karena ayam Sunan Kedu kalah, Sunan Kedu kemudian menyelidiki siapa lawan yang dihadapi sebenenarnya. Setelah memastikan bahwa pemuda yang jadi lawannya adalah putra Sunan Kudus, Sunan Kedu lalu menaiki tampah dan terbang berputar-putar di atas Kudus sambil berteriak-teriak menantang Sunan Kudus.

Sunan Kudus kemudian keluar dan mengacungkan telunjuknya ke langit. Seketika tampah terbang yang dinaiki Sunan Kedu bergoyang-goyang menyebabkan Sunan Kedu kehilangan keseimbangan. Sunan Kedu kemudian jatuh di suatu tempat penuh lumpur (ngecember - bahasa Jawa) sehingga tempat tersebut diberi nama Jember. 

Berhubung susasana gelap karena malam sudah turun, Sunan Kedu kehilangan arah ketika mencari kediaman Sunan Kudus. Lalu dilihatnya cahaya damar yang dinyalakan penduduk sebagai penerangan, cahaya damar itu kemudian dijadikan patokan arah oleh Sunan Kedu hingga menemukan kediaman Sunan Kudus sehingga tempat itu disebut Damaran. Menurut legenda ini, Sunan Kedu kemudian membersihkan diri dan bersuci sehingga tempat itu disebut sucen lalu menemui Sunan Kudus dan masuk Islam.

Bagaimanapun legenda ini sangat tidak akurat untuk dijadikan rujukan. Pertama, Sunan Kudus dikenal sebagai wali yang sangat memegang teguh syari'at Islam sehingga kecil kemungkinannya beliau mengijinkan putranya untuk ikut acara sabung ayam walaupun dengan alasan menaklukkan Sunan Kedu. Meskipun dilakukan tanpa taruhan misalnya, tetap saja sabung ayam ini dilarang karena termasuk menyiksa binatang.

Kedua, ketika mencari arah menuju pemukiman penduduk Kudus, Sunan Kedu melihat cahaya damar yang dinyalakan penduduk Kudus sehingga dapat dijadikan patokan arah oleh beliau. Dengan demikian, sebelum kedatangan tokoh yang bernama Sunan Kedu ini, wilayah tersebut semestinya sudah sejak dulu dikenal dengan nama Damaran  atau setidaknya orang Kudus sudah mengenal penggunaan damar sebelum kedatangan Sunan Kedu.

Dengan demikian legenda Sunan Kedu ini gugur dan tidak bisa dijadikan rujukan asal-usul nama Damaran.

Legenda yang ke dua berasal dari kisah tutur masyarakat lokal yang menyebutkan bahwa pada masa lalu kawasan di sebelah barat Menara Kudus tersebut pernah didiami atau setidaknya dikunjungi seseorang yang bergelar Pangeran Arya Damar atau Kyai Damar. Nama asli tokoh yang disebut dengan gelar Arya Damar ini tidak diketahui dengan pasti, namun nama Arya Damar dalam cerita babad dan sejarah biasanya dikaitkan dengan tokoh yang berasal dari Sumatera karena Sumatera pada masa itu dikenal sebagai penghasil damar. Kisah ini lebih masuk akal dibanding kisah legenda Sunan Kedu mengingat kebiasaan penduduk Sumatera yang memang suka merantau sambil berdagang. Dengan demikian ada kemungkinan tokoh Arya Damar ini adalah saudagar dari Sumatera yang berdagang sampai ke Kudus membawa komoditas atau barang dagangan utama berupa getah damar, sehingga masyarakat sekitar memberi penghormatan dengan nama Arya Damar atau Kyai Damar.

Mengapa Damar?


Damar adalah komoditas yang sangat berharga pada saat itu. Getah Damar dapat digunakan untuk menambal atau menutup celah pada kayu papan perahu sehingga perahu tidak mudah bocor. Damar juga umum digunakan untuk sumber penerangan di waktu malam sebagai obor sebab nyalanya awet, dan lama. Dengan demikian fungsi damar saat itu tidak jauh berbeda dengan fungsi minyak bumi pada saat ini.

Tanaman damar atau pohon damar banyak ditemukan di kepulauan Maluku, Sulawesi dan Sumatera. Meskipun demikian tidak tertutup kemungkinan di pulau Jawa pada masa itu juga terdapat pohon damar. 

Sesuai dengan catatan Tomme Pires seorang pengelana bangsa Portugis, pada tahun 1513, Jepara berkembang menjadi kota pelabuhan yang ramai. Sehingga dapat diperkirakan kegiatan ekspor dan impor berbagai barang dagangan termasuk damar dilakukan melalui pelabuhan Jepara ini. Dan kota Kudus yang terletak tidak begitu jauh dari Jepara berperan sebagai salah satu tempat mata rantai distribusi getah damar.

Damaran adalah sentra bisnis Kudus


BIsa dikatakan kawasan desa Damaran adalah sentra bisnis atau pusat perdagangan kota Kudus tempo dulu. Kemakmuran yang timbul dari perdagangan getah damar menyebabkan modal usaha mudah dihimpun sehingga jenis usaha dan barang yang diperdagangkan bertambah. Akibatnya muncul para pengusaha pribumi yang mewarnai kawasan ini. Apalagi Sunan Kudus sebagai penguasa Kudus de facto saat itu selalu mengajarkan dan mendorong para pengikutnya untuk mencari nafkah dengan berdagang.

Nama Damaran juga ada di Semarang


Sebagai bukti bahwa perdagangan getah damar sangat penting bagi denyut ekonomi suatu kota pada masa itu adalah nama desa atau kawasan Damaran tidak hanya ada di Kudus. Nama desa Damaran atau kawasan Damaran juga dapat ditemukan di Semarang Jawa Tengah. Damaran di Semarang juga tidak jauh beda dengan Damaran di Kudus.

Sebagaimana desa Damaran Kudus, Damaran Semarang juga terletak tidak jauh dari pusat kekuasaan kota Semarang tempo dulu, yaitu bersebelahan dengan wilayah kampung Kauman dan Masjid Agung Kauman Semarang. Kesamaan nama, letaknya yang sama-sama dekat Masjid yang diagungkan serta sama-sama tidak jauh dengan desa bernama Kauman menunjukkan posisi penting para pengusaha damar pada struktur masyarakat zaman itu.

Baik Damaran Kudus maupun Damaran Semarang juga menjadi daerah pusat bisnis dan perdagangan sejak dulu hingga saat ini.

Mengapa desa Damaran ada di dekat Masjid?


Di daerah Kalimantan Selatan, pada wilayah yang dihuni suku Banjar ada tradisi yang namanya Badadamaran, yaitu tradisi menyalakan obor dari getah damar di depan rumah dan sepanjang jalan menuju ke masjid untuk menyambut bulan suci Ramadhan. Hal ini bertujuan untuk memberi penerangan sehingga memudahkan masyarakat yang akan pergi ke masjid untuk menunaikan ibadah selama Ramadhan.

Dengan demikian ada kemungkinan hal yang sama berlaku juga di desa Damaran di Kudus dan Semarang. Sebagai pusat perdagangan damar, desa Damaran secara tidak langsung berperan sebagai gudang penyimpanan cadangan getah damar yang digunakan untuk menerangi area masjid dan jalan-jalan menuju masjid guna memudahkan para jama'ah atau peziarah yang ingin datang ke masjid. Sehingga pasokan damar untuk keperluan masjid sebagai pusat kegiatan rakyat pada masa itu selalu terjamin.   

Manfaat damar zaman sekarang


Perdagangan damar rupanya tidak lekang oleh waktu. Walaupun perdagangan getah damar untuk obor penerangan surut seiring datangnya era listrik, namun damar masih banyak dicari karena berbagai manfaat yang dikandungnya. Getah damar yang juga disebut kopal  diketahui mengandung asam-asam resinol, resin, dan minyak atsiri. Sehingga dijadikan bahan dasar bagi cairan pelapis kertas supaya tinta tidak menyebar. Selain itu juga dimanfaatkan untuk campuran lak dan vernis, perekat pada penambal gigi dan perekat pada plester.

Demikian sejarah asal-usul desa Damaran di Kudus dikaitkan dengan fungsi damar saat itu sebagai komoditas perdagangan yang sangat tinggi nilainya sehingga desa Damaran dapat dikatakan sebagai pusat perdagangan damar dan sentra bisnis pada masa Kudus tempo dulu.


No comments:

Post a Comment

TERBARU

Kudus Murah Karena Pelit?

KUDUS ADALAH KOTA TERMURAH DI INDONESIA KARENA ORANG KUDUS PELIT? Bisa dikatakan Kudus adalah kota dengan biaya hidup termurah dan paling ...