Pusat kota Kudus pada jaman kuno terletak di sekitar masjid menara Kudus.
Pusat kota Kudus yang saat ini kita kenal sebagai simpang tujuh, lengkap dengan kompleks kabupaten serta masjid agung, ternyata telah bergeser dari posisi sebenarnya. Menurut Arya Purwolelono yang kelak bergelar KRMAA Condronegoro V, dalam perjalanan kedua berkeliling pulau Jawa (1860-1875), letak pusat kota sekaligus pusat pemerintahan kota Kudus yang asli adalah di seputaran Menara Kudus.
Mari kita simak catatan perjalanan beliau berikut ini:
Pada pagi hari aku mengunjungi kota lama Kudus. Dari alun-alun jaraknya sekitar setengah pal ke arah barat. Lokasinya berada di sebelah barat kali Gelis. Di kedua sisi jalan menuju kota lama Kudus, berdiri rumah-rumah tembok yang saling berhimpit, seperti terlihat di Semarang atau Surabaya. Dalam perjalanan aku melewati jembatan beton kali gelis yang cukup besar. Karena saat itu musim kemarau, debit airnya sangat kecil. Namun pada musim penghujan, debit air Kali Gelis akan meningkat dan berarus deras. Itulah mengapa sungai tersebut dinamakan gelis yang bermakna cepat.
Di sebelah barat sungai terdapat kompleks pecinan, lalu ada alun-alun yang di tengahnya tumbuh beringin kurung besar. Menurut cerita, alun-alun itu merupakan lokasi kraton pada masa Kanjeng Sunan Kudus. Sekarang, di alun-alun, tepatnya di bawah pohon beringin itu, digunakan sebagai pasar besar. Di sebelah baratnya, berselang beberapa rumah, terdapat masjid besar yang di depannya terdapat menara persegi kurang lebih setinggi 60 kaki. Adapun masjid dan menara tersebut dibangun oleh Sunan Kudus. Masjid itu digunakan untuk shalat Jum'at, bahkan jemaah yang shalat di masjid itu lebih banyak di banding masjid di depan kabupaten.
Beringin kurung besar di alun-alun lama. Berdiri kokoh. Di sekitar tempat inilah pemerintahan Kudus dijalankan pada awal abad ke-16. |
Jika kita hubungkan dengan fakta bahwa pada masa Sunan Kudus masih ada laut yang memisahkan jazirah Muria dengan pulau Jawa, yang disebut Selat Muria, maka dapat kita simpulkan bahwa kota lama Kudus awalnya memiliki posisi strategis karena didirikan dan dibangun tidak jauh dari pantai.
Saya membayangkan pada masa kejayaannya, kemasyhuran Sunan Kudus menyebabkan orang dari Demak dan berbagai wilayah pulau Jawa naik kapal dan perahu menyeberangi selat Muria, lalu mendarat di tepi pantai yang sekarang menjadi tepian kali gelis, Kemudian menuju masjid Menara untuk belajar agama (nyantri) kepada Sunan Kudus.
Sudah pasti lokasi yang strategis ini tidak luput dari incaran para saudagar untuk berniaga. Muncul mereka yang berprofesi sebagai pedagang damar (arya damar), komoditas unggulan masa itu. Selain sebagai sumber penerangan di malam hari, getah damar juga diperlukan dalam pembuatan kapal untuk menambal celah sambungan kayu agar kapal lebih kedap air. Lokasi pusat perdagangan damar inilah yang sekarang dikenal sebagai kampung Damaran.
Comments
Post a Comment