-->

Tuesday 24 April 2018

Asal-usul Kenepan Kudus


ASAL-USUL KENEPAN KUDUS

Desa Kenepan atau kampung Kenepan terletak di sebelah utara Menara Kudus. Nama Kenepan berasal dari kata penginepan dalam bahasa Jawa atau penginapan dalam bahasa Indonesia. Kampung Kenepan muncul bersamaan dengan perkembangan Kudus yang menjadi salah satu pusat ziarah bagi umat Islam di pulau Jawa.

Ada kemungkinan kampung Kenepan itu berdiri tidka lama setelah berdirinya Menara Kudus. Bentuk Menara Kudus yang megah menjulang tinggi dan mirip dengan bentuk candi Hindu, serta pengaruh nama besar Sunan Kudus, membuat masyarakat pada jaman itu tertarik dan  berbondong-bondong menuju Kudus. Ada yang hanya sekedar melancong ingin melihat kemegahan Menara Kudus, dan ada juga yang memang ingin bertemu Sunan Kudus untuk menimba ilmu secara langsung dari beliau.

Rombongan-rombongan yang datang dari berbagai daerah yang jauh ini pada akhirnya menimbulkan masalah akomodasi, yaitu tempat bermalam. Apalagi dengan mengingat sarana transportasi pada masa itu yang masih menggunakan kuda bahkan ada yang berjalan kaki, maka menginap adalah suatu keharusan. Sehingga diambil inisiatif untuk membangun penginapan yang lokasinya tidak terlalu jauh dari Menara Kudus tepatnya di sebelah utara masjid Menara Kudus.

Meski saya belum mendapat rujukan yang cukup, namun suasana wilayah Kenepan, termasuk juga Kauman dan Damaran pada masa pertengahan abad ke 16 tersebut pastilah ramai di waktu malam. Banyak warung makan yang buka menyediakan berbagai menu bagi para pengunjung. Para pelancong dan peziarah hilir mudik menikmati suasana malam. Sedangkan para santri dari Kauman berbondong-bondong menuju masjid untuk mengaji dan memperdalam ilmu agama.

Keramaian ini tentu akan makin bertambah ketika mendekati bulan suci Ramadhan saat pelaksanaan tradisi Dandangan. Jalan-jalan di sekitar Menara Kudus yang tidak terlalu lebar karena dirancang hanya untuk pejalan kaki dan kereta kuda, terlihat terang benderang karena cahaya obor yang dinyalakan dari getah damar yang dipasok dari Damaran. Pedagang-pedagang dari luar kota menggelar barang jualannya mencari untung sambil menunggu pengumuman awal dimulainya puasa Ramadhan.

Kenepan saat ini adalah pemukiman penduduk biasa di dekat Menara Kudus. Tidak ada satu tanda pun yang menunjukkan bahwa tempat itu tadinya adalah pusat penginapan tempat bermalam peziarah dan pelancong ke Kudus pada zaman kuno. Kenepan masa kini hanyalah sebuah area kacil di kawasan Kauman tidak jauh dari Menara Kudus. Meskipun sudah berubah, namun aroma kuno dari sebuah jantung kota tua masih terasa.

Meski kejayaan Kenepan sebagai tempat penginapan bagi peziarah telah sirna, namun tidak dengan daya tarik Menara Kudus. Menara Kudus hingga saat ini masih menjadi magnet bagi umat Islam khususnya di pulau jawa untuk datang berkunjung sekalidus berziarah ke makam Sunan Kudus.

Jika anda seorang backpacker atau ingin berwisata ke Kudus, Anda bisa mencari penginapan murah di dekat pintu masuk Terminal Wisata Bakalan Krapyak.

Sunday 22 April 2018

Asal-usul Damaran Kudus


ASAL-USUL DAMARAN KUDUS


Damaran adalah nama sebuah desa di Kecamatan Kota Kabupaten Kudus. Lokasinya tidak jauh dari desa Kauman tempat berdirinya Menara Kudus. Asal-usul nama desa Damaran berasal dari kata damar, yaitu sejenis pohon yang disebut pohon damar atau damar raja yang diambil getahnya sehingga istilah damar pada jaman dulu juga identik dengan getah damar. Diperkirakan kawasan tersebut pada jaman dulu adalah pusat perdagangan damar sehingga masyarakat kemudian menyebut daerah itu dengan nama damaran.

Legenda berdirinya desa Damaran


Legenda yang berkembang di masyarakat mengenai asal-usul nama desa Damaran adalah kerika putra Sunan Kudus mengadu kesaktian dengan Sunan Kedu melalui acara sabung ayam di petajen. Karena ayam Sunan Kedu kalah, Sunan Kedu kemudian menyelidiki siapa lawan yang dihadapi sebenenarnya. Setelah memastikan bahwa pemuda yang jadi lawannya adalah putra Sunan Kudus, Sunan Kedu lalu menaiki tampah dan terbang berputar-putar di atas Kudus sambil berteriak-teriak menantang Sunan Kudus.

Sunan Kudus kemudian keluar dan mengacungkan telunjuknya ke langit. Seketika tampah terbang yang dinaiki Sunan Kedu bergoyang-goyang menyebabkan Sunan Kedu kehilangan keseimbangan. Sunan Kedu kemudian jatuh di suatu tempat penuh lumpur (ngecember - bahasa Jawa) sehingga tempat tersebut diberi nama Jember. 

Berhubung susasana gelap karena malam sudah turun, Sunan Kedu kehilangan arah ketika mencari kediaman Sunan Kudus. Lalu dilihatnya cahaya damar yang dinyalakan penduduk sebagai penerangan, cahaya damar itu kemudian dijadikan patokan arah oleh Sunan Kedu hingga menemukan kediaman Sunan Kudus sehingga tempat itu disebut Damaran. Menurut legenda ini, Sunan Kedu kemudian membersihkan diri dan bersuci sehingga tempat itu disebut sucen lalu menemui Sunan Kudus dan masuk Islam.

Bagaimanapun legenda ini sangat tidak akurat untuk dijadikan rujukan. Pertama, Sunan Kudus dikenal sebagai wali yang sangat memegang teguh syari'at Islam sehingga kecil kemungkinannya beliau mengijinkan putranya untuk ikut acara sabung ayam walaupun dengan alasan menaklukkan Sunan Kedu. Meskipun dilakukan tanpa taruhan misalnya, tetap saja sabung ayam ini dilarang karena termasuk menyiksa binatang.

Kedua, ketika mencari arah menuju pemukiman penduduk Kudus, Sunan Kedu melihat cahaya damar yang dinyalakan penduduk Kudus sehingga dapat dijadikan patokan arah oleh beliau. Dengan demikian, sebelum kedatangan tokoh yang bernama Sunan Kedu ini, wilayah tersebut semestinya sudah sejak dulu dikenal dengan nama Damaran  atau setidaknya orang Kudus sudah mengenal penggunaan damar sebelum kedatangan Sunan Kedu.

Dengan demikian legenda Sunan Kedu ini gugur dan tidak bisa dijadikan rujukan asal-usul nama Damaran.

Legenda yang ke dua berasal dari kisah tutur masyarakat lokal yang menyebutkan bahwa pada masa lalu kawasan di sebelah barat Menara Kudus tersebut pernah didiami atau setidaknya dikunjungi seseorang yang bergelar Pangeran Arya Damar atau Kyai Damar. Nama asli tokoh yang disebut dengan gelar Arya Damar ini tidak diketahui dengan pasti, namun nama Arya Damar dalam cerita babad dan sejarah biasanya dikaitkan dengan tokoh yang berasal dari Sumatera karena Sumatera pada masa itu dikenal sebagai penghasil damar. Kisah ini lebih masuk akal dibanding kisah legenda Sunan Kedu mengingat kebiasaan penduduk Sumatera yang memang suka merantau sambil berdagang. Dengan demikian ada kemungkinan tokoh Arya Damar ini adalah saudagar dari Sumatera yang berdagang sampai ke Kudus membawa komoditas atau barang dagangan utama berupa getah damar, sehingga masyarakat sekitar memberi penghormatan dengan nama Arya Damar atau Kyai Damar.

Mengapa Damar?


Damar adalah komoditas yang sangat berharga pada saat itu. Getah Damar dapat digunakan untuk menambal atau menutup celah pada kayu papan perahu sehingga perahu tidak mudah bocor. Damar juga umum digunakan untuk sumber penerangan di waktu malam sebagai obor sebab nyalanya awet, dan lama. Dengan demikian fungsi damar saat itu tidak jauh berbeda dengan fungsi minyak bumi pada saat ini.

Tanaman damar atau pohon damar banyak ditemukan di kepulauan Maluku, Sulawesi dan Sumatera. Meskipun demikian tidak tertutup kemungkinan di pulau Jawa pada masa itu juga terdapat pohon damar. 

Sesuai dengan catatan Tomme Pires seorang pengelana bangsa Portugis, pada tahun 1513, Jepara berkembang menjadi kota pelabuhan yang ramai. Sehingga dapat diperkirakan kegiatan ekspor dan impor berbagai barang dagangan termasuk damar dilakukan melalui pelabuhan Jepara ini. Dan kota Kudus yang terletak tidak begitu jauh dari Jepara berperan sebagai salah satu tempat mata rantai distribusi getah damar.

Damaran adalah sentra bisnis Kudus


BIsa dikatakan kawasan desa Damaran adalah sentra bisnis atau pusat perdagangan kota Kudus tempo dulu. Kemakmuran yang timbul dari perdagangan getah damar menyebabkan modal usaha mudah dihimpun sehingga jenis usaha dan barang yang diperdagangkan bertambah. Akibatnya muncul para pengusaha pribumi yang mewarnai kawasan ini. Apalagi Sunan Kudus sebagai penguasa Kudus de facto saat itu selalu mengajarkan dan mendorong para pengikutnya untuk mencari nafkah dengan berdagang.

Nama Damaran juga ada di Semarang


Sebagai bukti bahwa perdagangan getah damar sangat penting bagi denyut ekonomi suatu kota pada masa itu adalah nama desa atau kawasan Damaran tidak hanya ada di Kudus. Nama desa Damaran atau kawasan Damaran juga dapat ditemukan di Semarang Jawa Tengah. Damaran di Semarang juga tidak jauh beda dengan Damaran di Kudus.

Sebagaimana desa Damaran Kudus, Damaran Semarang juga terletak tidak jauh dari pusat kekuasaan kota Semarang tempo dulu, yaitu bersebelahan dengan wilayah kampung Kauman dan Masjid Agung Kauman Semarang. Kesamaan nama, letaknya yang sama-sama dekat Masjid yang diagungkan serta sama-sama tidak jauh dengan desa bernama Kauman menunjukkan posisi penting para pengusaha damar pada struktur masyarakat zaman itu.

Baik Damaran Kudus maupun Damaran Semarang juga menjadi daerah pusat bisnis dan perdagangan sejak dulu hingga saat ini.

Mengapa desa Damaran ada di dekat Masjid?


Di daerah Kalimantan Selatan, pada wilayah yang dihuni suku Banjar ada tradisi yang namanya Badadamaran, yaitu tradisi menyalakan obor dari getah damar di depan rumah dan sepanjang jalan menuju ke masjid untuk menyambut bulan suci Ramadhan. Hal ini bertujuan untuk memberi penerangan sehingga memudahkan masyarakat yang akan pergi ke masjid untuk menunaikan ibadah selama Ramadhan.

Dengan demikian ada kemungkinan hal yang sama berlaku juga di desa Damaran di Kudus dan Semarang. Sebagai pusat perdagangan damar, desa Damaran secara tidak langsung berperan sebagai gudang penyimpanan cadangan getah damar yang digunakan untuk menerangi area masjid dan jalan-jalan menuju masjid guna memudahkan para jama'ah atau peziarah yang ingin datang ke masjid. Sehingga pasokan damar untuk keperluan masjid sebagai pusat kegiatan rakyat pada masa itu selalu terjamin.   

Manfaat damar zaman sekarang


Perdagangan damar rupanya tidak lekang oleh waktu. Walaupun perdagangan getah damar untuk obor penerangan surut seiring datangnya era listrik, namun damar masih banyak dicari karena berbagai manfaat yang dikandungnya. Getah damar yang juga disebut kopal  diketahui mengandung asam-asam resinol, resin, dan minyak atsiri. Sehingga dijadikan bahan dasar bagi cairan pelapis kertas supaya tinta tidak menyebar. Selain itu juga dimanfaatkan untuk campuran lak dan vernis, perekat pada penambal gigi dan perekat pada plester.

Demikian sejarah asal-usul desa Damaran di Kudus dikaitkan dengan fungsi damar saat itu sebagai komoditas perdagangan yang sangat tinggi nilainya sehingga desa Damaran dapat dikatakan sebagai pusat perdagangan damar dan sentra bisnis pada masa Kudus tempo dulu.


Friday 20 April 2018

Orang Kudus Terkenal Pelit


ORANG KUDUS TERKENAL PELIT


Bagi masyarakat di luar Kudus, berkembang opini orang Kudus pelit, kikir bahkan medhit. Entah siapa yang awalnya menyebarkan bahwa orang Kudus itu pelit. Namun jangankan orang luar Kudus, orang Kudus sendiri juga kadang mengatakan tetangganya yang orang Kudus asli ada yang pelit kok. Padahal yang bilang tetangganya pelit itu sebetulnya juga sama, yaitu sama-sama kikir bin medhit hahahaha.......

Saya bukan orang kelahiran Kudus, tapi berhubung saya sudah hampir dua tahun berdomisili di kota ini, mau tidak mau saya adalah bagian dari sistem dan bagian dari masyarakat Kudus, sehingga saya wajib membuat pembelaan.

Jadi pendapat atau pandangan bahwa orang Kudus terkenal pelit hanyalah mitos belaka. Karena semua memang tergantung pada definisi atau pengertian kosa kata pelit itu sendiri. Saya rasa wajar kalau seseorang berusaha hemat dan irit dalam mengeluarkan uang untuk keperluan biaya hidup sehari-hari. Motivasinya tentulah sesuai peribahasa janganlah hidup besar pasak dari pada tiang, hemat pangkal kaya, agar bisa ditabung sedikit demi sedikit dan menjadi bukit sehingga selalu tersedia payung sebelum hujan.

Yang tidak wajar itu kalau tidak mau mengeluarkan uang satu sen pun ketika dimintai sumbangan untuk pembangunan masjid, santunan anak yatim, perbaikan fasilitas sosial dan untuk kepentingan umum lainnya. Nah ini baru namanya orang pelit, kikir bin medhit.

Asal saudara tau ya.... Meskipun orang Kudus terkenal pelit, namun di Kudus ini banyak masjid yang dibangun dengan apik hasil dari swadaya masyarakat. Selain itu ketika hari raya idul Adha atau hari raya Qurban, hewan yang dipotong jumlahnya melimpah. Jadi orang Kudus tidak bisa dibilang pelit kan?

Gak pelit, cuma perhitungan


Walaupun tidak semua dan memang tidak boleh membuat generalisir seperti itu, masyarakat Kudus tidak punya sifat pelit. Mereka hanya orang yang perhitungan dalam hal keuangan sesuai logika pemasukan dan pengeluaran. Hanya saja, karena kadang dalam melakukan perhitungan ini keterlaluan, maka muncul anggapan bagi masyarakat luar bahwa orang Kudus itu pelit.

Sebagai contoh adalah ketika belanja di pasar. Ibu-ibu yang asli Kudus akan cenderung membanding-bandingkan harga dulu dengan keliling ke beberapa penjual sebelum benar-benar membeli. Mereka akan mencari harga termurah untuk barang yang sama. Kalau misalnya sudah terlanjur beli, terus belakangan diketahui kalau dia belinya kemahalan, maka rasa menyesalnya itu susah hilang dan berjanji tidak akan beli di pedagang itu lagi kalau gak kepepet banget.

Saya dan istri pernah terlibat obrolan ketika sedang sarapan di warung pecel bu Solni di Gang BOONG Prambatan Lor tentang betapa perhitungannya orang Kudus.

"Di sini, kalau saya naikin harga pecel jadi Rp5000,00 per porsi, orang yang beli bisa nangis setahun karena nyesel udah beli di sini. Memang dibayar, tapi sambil misuh-misuh dalam hati dan gak bakal beli di sini lagi. Makanya harga pecel saya fleksibel. Ada yang beli nasi pecel ngasih uang Rp2.500,00 juga saya layani, walau porsi saya kurangi, hahaha." kata bu Solni.

Sifat warisan sebagai bangsa saudagar

Kudus memang secara sosio kultural harus dibedakan menjadi Kudus wetan dan Kudus kulon. Kudus wetan terletak sebelah timur kali Gelis, sungai yang membelah kota Kudus. Kawasan ini umumnya dihuni para birokrat yang pada jaman dahulu disebut priyayi dan pegawai gubernemen. Umumnya mereka termasuk dalam golongan masyarakat yang gampang mengeluarkan uang, karena penghasilan mereka sudah pasti dari gaji bulanan dan tunjangan lainnya.

Sedangkan Kudus kulon terletak di sebelah barat kali Gelis, atau di sekitar Menara Kudus saat ini. Kawasan Kudus kulon inilah bagian kota Kudus yang asli yang didirikan pada masa Sunan Kudus atau ja'far Shodiq. Penghuni kawasan ini umumnya adalah para kaum, atau santri, ditandai dengan nama desa Kauman tempat Menara Kudus berdiri. Kaum santri ini menyambung hidup dengan cara berdagang. Karena hasil dagang hasilnya tidak pasti, kadang ramai dan kadang sepi, maka wajar jika mereka berhemat dan serba perhitungan.

Sunan Kudus selain mengajarkan agama Islam kepada para muridnya dan masyarakat sekitar, beliau juga memerintahkan kepada mereka untuk  berdikari berusaha sendiri dengan menekuni usaha dagang serta mengajarkan prinsip hidup hemat dan sederhana. Hasilnya, ketika Kudus semakin berkembang, tidak jauh dari Menara Kudus muncul desa yang bernama Damaran, dari kata damar, yang waktu itu adalah komoditas perdagangan yang penting yang salah satu manfaatnya untuk penerangan di malam hari.

Jejak kejayaan Damaran sebagai sentra bisnis di Kudus tempo dulu masih terlihat sampai saat ini. Rumah-rumah besar yang sekaligus berfungsi sebagai tempat usaha dapat Anda temukan di sini.

Sampai sekarang, banyak orang Kudus yang nafkahnya berasal dari dagang atau usaha sendiri. Walau banyak yang masih taraf usaha kecil, tapi mereka sanggup hidup layak dari usahanya tersebut. Dalam hal bisnis, orang Kudus memang terkenal ulet dan rajin.

Dengan demikian sifat masyarakat Kudus terutama Kudus kulon yang terkesan penuh perhitungan ini bisa dikatakan adalah warisan dari pendahulu mereka yang berprofesi sebagai pedagang dan memegang teguh ajaran Sunan Kudus untuk berdagang, hidup hemat, rajin dan ulet.

Perhitungannya keterlaluan


Iya sih, kadang sifat perhitungan orang Kudus itu keterlaluan sehingga pada akhirnya menimbulkan stigma negatif tentang betapa pelitnya orang Kudus. Salah satu gambaran tentang sifat orang Kudus yang perhitungannya keterlaluan adalah pengalaman yang diunggah salah satu sedulur ISK bernama Putra Dinata yang dimuat di laman facebook ISK News. Pengalaman mas Putra Dinata tersebut saya sadur agar lebih enak dibaca.

Baru saja saya mengalami pengalaman menarik ketika membeli bensin di SPBU Prambatan Kidul. Ada om-om beli bensin full tank. Setelah selesai, di monitor tertera harga Rp18.090,00. Kemudian si om membayar dengan uang Rp18.000,00.

"Kurang om." kata mbak penjaga SPBU
"Emang berapa mbak?"

"Kan habisnya Rp18.090,00 om, jadi kurang Rp500,00" jawab si mbak
"Kan lebihnya cuma 90 rupiah mbak?"

"Iya, 100 juga gak papa," balas mbak penjaga sambil manyun
Om tersebut kemudian merogoh selembar uang seribu rupiah dari kantongnya. Lalu oleh si mbak penjaga SPBU dikembalikan Rp500,00. Nah, ganti omnya yang protes.

"Loh kurang mbak kembaliannya!" protes si om
Kemudian mbak penjaga SPBU mengambil recehan Rp400,00 dan menyerahkannya kepada si om yang diterima si om sambil menggerutu, "Masak 400 rupiah kok mau ditinggal."

Setelah si om berlalu, ganti mbak penjaga SPBU yang menggerutu,"ya Allah pelitnya, dasar orang Kudus."


Anda bisa membaca pengalaman mas Putra Dinata dalam versi aslinya di laman facebook ISK NEWS.

Pengalaman Pribadi


Saya juga punya pengalaman pribadi menghadapi sifat orang Kudus ini. Ceritanya, setelah berhasil menurunkan minus pada mata menggunakan MILAGROS (baca: pengalaman sembuh dari mata minus), saya dan istri tertarik ikut bisnis MILAGROS. Suatu saat kami menawarkan MILAGROS kepada seorang kenalan yang menderita diabetes. Karena beliaunya masih ragu, maka dengan niat baik kami memberikan free 2 botol MILAGROS untuk dicoba.

Esoknya, kami tanya kepada beliau bagaimana reaksi positif yang dialami setelah minum MILAGROS.

"Saya kok nggak merasakan apa-apa ya, sepertinya gak ngaruh tuh." kata beliau

"Minumnya sesuai aturan kan pak?"

"iya, sesuai aturan kok. Sekali ketika bangun tidur saat perut kosong dan sekali sebelum tidur malam kan?"

"Tiap kali minum satu botol?!" saya memastikan

"Bukan, saya minumnya satu tutup botol." jawab si bapak dengan santainya

"Loh kok gitu? kan bapak saya kasih dua botol free kemarin. Mestinya kan sesuai aturan pak. Penyakit bapak kan sudah lama, kalau cuma minum satu tutup botol ya jelas gak mempan."

"Iya sih, saya dapatnya gratis. Tapi kalau habis kan saya harus beli. Eman-eman, soalnya mahal."

Oalaaah.....dasar orang Kudus...runtuk saya dalam hati....Tapi sama sih saya juga, dulu waktu disarankan pakai MILAGROS sempat mikir-mikir karena harganya hahahaha.... Pola pikir saya baru berubah setelah merasakan manfaatnya yang dahsyat.

Jadi begitulah salah satu sifat orang Kudus yang penuh perhitungan sebelum mengeluarkan uang sehingga muncul pandangan bahwa orang Kudus itu pelit. Padahal mereka hanya berusaha hidup hemat dan mengeluarkan uang berdasarkan skala prioritas. Kalau untuk keperluan ibadah, membantu tetangga yang kena musibah kematian dan kepentingan umum lain, asal peruntukannya jelas, mereka gak keberatan menyumbang dengan jumlah besar.

Ya ibaratnya tidak ada keberhasilan tanpa pengorbanan. Di balik kesuksesan orang Kudus mengembangkan bisnisnya, tentu harus diiringi dengan hidup hemat agar bisa menabung untuk nambah modal bisnis dan cadangan kalau bisnis sedang sepi, betul tidak?!

Jadi masih menganggap orang Kudus itu pelit?

Oya, berhubung orang Kudus sangat perhitungan, maka ada beberapa tips bisnis yang akan saya bagikan bagi Anda yang ingin membuka usaha di Kudus. Bagi yang tertarik silahkan baca artikel saya berikutnya mengenai TIPS BISNIS DI KOTA KUDUS




Wednesday 18 April 2018

Kudus Murah Karena Pelit?

KUDUS ADALAH KOTA TERMURAH DI INDONESIA KARENA ORANG KUDUS PELIT?

Bisa dikatakan Kudus adalah kota dengan biaya hidup termurah dan paling rendah di Indonesia. Tapi mengapa dan faktor apa saja yang menyebabkan Kudus menjadi kota dengan biaya hidup termurah ke dua di Indonesia berdasarkan Survei Biaya Hidup Badan Pusat Statistik (BPS) 2016 yang lalu membuat saya penasaran.


Menurut saya ada beberapa faktor yang menjadikan Kudus sebagai kota dengan biaya hidup termurah dan paling rendah di Indonesia:


Kaya sumber daya alam


Kudus masih kaya dengan sumber daya alam karena lahan pertanian di Kudus masih luas. Hampir setiap desa memiliki tanah bengkok berupa sawah yang masih menghasilkan beras secara rutin bagi masyarakat Kudus. Sayur mayur tersedia dengan harga murah karena jumlahnya memang melimpah dipasok dari kawasan Colo di lereng gunung Muria. Sedangkan  ikan dipasok dari kabupaten sekitar Kudus yang berbatasan dengan laut seperti Jepara dan Rembang. 

Jadi menurut saya wajar dan klop dengan hukum permintaan dan penawaran. Kalau jumlah yang ditawarkan melimpah sedangkan jumlah penduduk lebih sedikit, harga keseimbangan di pasar pastilah jadi murah.


Orang Kudus itu pelit

Harga di Kudus murah karena orang Kudus itu terkenal pelit. ini bukan saya yang bilang lho! Coba anda browsing dan cari di google, banyak situs yang membahas kalau orang Kudus terkenal medit bin pelit hahaha... Ah itu cuma mitos. Orang Kudus sebenarnya dermawan, buktinya mereka tidak keberatan kok kalau diminta sumbangan pembangunan masjid atau untuk keperluan umum lain asal jelas peruntukannya. 

Jadi menurut saya sebenarnya bukan pelit, melainkan ke arah lebih perhitungan.

Masyarakat Kudus terutama Kudus kulon yang berdomisili di sebelah barat kali Gelis atau sekitar Menara Kudus dulunya rata-rata hidup dari usaha dan berdagang. Jadi wajarlah  sebagai pedagang mereka jadi serba perhitungan. Kalau tidak hati-hati dalam pengeluaran bisa gulung tikar nantinya, sebab penghasilan mereka tidak pasti. 

Berbeda dengan masyarakat Kudus wetan yang rata-rata birokrat dan karyawan yang lebih mudah mengeluarkan uang karena penghasilannya sudah pasti dari gaji tiap bulan.


Jadi menurut teori yang ngawur ini, harga-harga di Kudus sebetulnya tidak jauh beda dengan kota lain. Hanya saja, karena penjual dan pembeli rata-rata profesinya sama-sama dagang dan sama-sama perhitungan, akhirnya ketika ada harga barang yang mahal, para calon pembeli akan ramai-ramai memboikot tidak mau beli. Pikiran mereka gampang, "Biarin aja gak usah dibeli. Salah sendiri pasang harga kemahalan. Nanti kalau barangnya gak laku-laku, kan bakal turun harganya". Karena semua berpikir dan bertindak begitu, lama-lama orang jadi trauma pasang harga mahal sehingga harga barang berangsur turun dan murah.


Pengalaman pribadi betapa orang Kudus itu perhitungan

Saya sendiri akhirnya punya pengalaman pribadi betapa orang Kudus itu memang penuh perhitungan ekonomi. Jadi ceritanya, setelah kenal air MILAGROS dan berhasil menurunkan minus di mata saya (baca: pengalaman saya sembuh dari minus), saya tertarik ikut bisnis MILAGROS. Suatu saat saya menawarkan MILAGROS kepada seorang kenalan yang kena diabetes. Saya beri beliau sample dua botol MILAGROS untuk dicoba. Besoknya saya tanyakan kepada beliau bagaimana reaksi yang dirasakan setelah minum MILAGROS.

"Gimana, sudah diminum MiLAGROS nya?" tanya saya


"Sudah, tapi kok gak ada reaksi apa-apa ya? gak ngaruh sepertinya."

"Minumnya sesuai anjuran kan? satu botol setiap kali minum?"


Ternyata beliaunya hanya minum satu tutup botol. Alasannya sayang kalau langsung minum satu botol. BIsa cepat habis.


"Kan itu gratis dari saya. Kenapa gak diminum dulu sesuai anjuran, nanti biar cepat merasakan reaksinya?"


"Iya sih gratis, tapi kalau saya minum langsung habis, berarti botol berikutnya kan harus beli. Sayang, harganya mahal soalnya."


"Jadi, sampai sekarang MILAGROSnya masih?"

"Masih, masih ada satu setengah botol kok."


Oalah.....Kudus.....Kudus    runtuk saya sambil tertawa geli dalam hati


Pengalaman Putra DInata

Pengalaman lain dialami salah satu sedulur Kudus bernama Putra Dinata yang kemudian diunggah yang bersangkutan di laman Facebook ISK News. Anda bisa langsung melihatnya di tautan ini. Tapi karena saya baik hati dan tidak pelit, Anda bisa membacanya di blog saya

INFO ISK>>Putra DInata


Ada info nich,
Barusan aku beli bensin di SPBU Prambatan kIdul.
tak sengaja aku lihat om-om beli bensin bilang full tangki, meski bilang full tetep aja tuh ditekan-tekan kalau tidak salah sampai 4x lebih, terus di layar monitor tertulis  18.090. Terus om itu kasih uang ke mbaknya 18rb, kemudian ada percakapan gini:
mbak 1: kurang om
om: berapa mbak?
mbak: 500 
om-om: 100 gitu kok mbak
mbak: iya 100 juga gapapa (manyun)
Terus omnya kasih 1rb, lha mbaknya kasih kembalian 500.
om: lho ok 500?
Terus mbaknya nambahin 400, lha bapaknya bilang ke mas-mas yang di belakangnya gini,om: 400 masak ditinggal,masnya cuma senyum-senyum, setelah om-om pergi bilang gini,
mbak spbu 1: ya allah pelitnya,emang orang kudus (jengkel)
mbak spbu 2: orang kudus memang pelit-pelit (ketawa keras + lebar)
masnya: lho emangnya mbaknya orang mana?
mbak spbu 2: orang mayong mas (ketawa)
mbak spbu 1: untung aku orang jepara (masih jengkel)
mas: gak semua orang kudus pelit mbak,
mbak spbu 1: tapi rata2 pelit 
mas: gak semua mbak,
mbak: ya udah mas iya


saya melihat kejadian itu cuma bisa senyum geli, mbaknya pada ketawa keras pada diliatin pembeli gak malu tu padahal cewek berjilbab, kejadiannya di plong 5 sebelah utara.fakta ni cerita#Admin


orang Kudus pelit
tangkapan layar ISK NEWS tentang klaim orang kudus itu pelit

Jadi, demikian pembahasan agak ngawur kali ini. Bahwa harga di Kudus murah sehingga Kudus menjadi kota dengan biaya hidup termurah dan paling rendah di indonesia adalah karena faktor kekayaan alam dan luasnya lahan pertanian di Kudus sehingga produksi bahan makanan melimpah. Sedangkan faktor berikutnya karena orang Kudus serba perhitungan, gak suka sama yang mahal-mahal jadi kalau jualan di sini harus murah.

Monday 16 April 2018

Tajug Nama Kudus Jaman Dulu

TAJUG NAMA KUDUS JAMAN DULU

Kota Kudus pada masa lalu bernama Tajug karena ada banyak bangunan tajug di kota itu. Namun banyak orang yang bertanya apa itu tajug? bagaimana bentuk tajug? dan apa fungsi bangunan tajug pada masa itu? TUlisan ini adalah jawaban dan penjelasan mengenai bangunan tajug di kota Kudus tempo dulu.

Bentuk Tajug

Tajug pada dasarnya adalah atap bangunan berbentuk limas segi empat. Bentuk limas segi empat ini umum digunakan oleh nenek moyang kita, tidak hanya di kawasan nusantara, namun juga di belahan dunia lain pada jaman kuno. Bangunan yang menggunakan unsur limas segi empat ini antara lain adalah piramida makam para fir'aun di Mesir, puncak obelisk dan beberapa candi serta pura tempat ibadah agama HIndu. Sehingga secara sederhana dapat dikatakan bahwa Tajug adalah atap bangunan yang bentuknya mirip piramida.

tajug kudus tempo dulu
Bentuk atap tajug di Kudus tempo dulu. Tajug kemudian berkembang menjadi joglo 

Mengapa Tajug berbentuk limas segi empat?

Manusia jaman kuno menggunakan bangunan atau atap berbentuk limas sebagai salah satu cara untuk memuja Tuhan penguasa seluruh alam. Bagian dasar yang berbentuk segi empat mencerminkan alam dunia tempat manusia tinggal dengan segala macam nafsu dan angkara yang menyertainya, sedangkan semakin ke atas mencerminkan kehidupan manusia yang lebih baik dan suci, para dewa atau malaikat, dan terakhir sebagai puncaknya adalah diri Tuhan penguasa alam semesta yang tunggal yang mengatur semua kehidupan baik kehidupan dunia mupun akhirat.

Apa fungsi Tajug bagi masyarakat Kudus jaman dulu?

Pada saat itu fungsi Tajug adalah untuk menandai sekaligus pelindung (cungkup)  tempat-tempat yang dianggap wingit,, keramat dan suci. Tempat dimaksud bisa berupa makam, petilasan, lokasi penyimpanan benda suci ritual keagamaan dan tempat ibadah itu sendiri. Dengan banyaknya Tajug yang beridiri di wilayah Kudus tempo dulu, sehingga tempat ini dulunya dikenal dengan nama Tajug, dapat disimpulkan bahwa Kudus pada masa itu adalah tempat suci bagi umat HIndu dan merupakan pusat ibadah maupuaan pusat ziarah.

Masih adakah bangunan Tajug di Kudus saat ini?

JIka Anda mencari bangunan Tajug di Kudus, Anda daapat melihat ke arah puncak Menara Kudus karena atap Menara Kudus berbentuk tajug. DI dalam kompleks Menara Kudus, juga terdapat tempat yang dinamakan Tajug yang menjadi tempat favorit bagi anak muda di Kudus mengikuti shalat Tarawih berjama'ah di bulan suci Ramadhan. Bentuk atap tajug yang juga populer dan sering Anda lihat baik gambarnya maupun bangunannya adalah atap Masjid Agung Demak. Selain itu masjid-masjid kuno di pulau Jawa juga menggunakan bentuk tajug.


tajug pada masjid dan pura
Puncak Masjid Agung Demak (atas) dan pura HIndu (bawah) menggunakan atap berbentuk tajug
Demikian penjelasan mengenai bentuk atap tajug yang menjadi nama kota Kudus pada jaman dulu pada masa pra Islam. Ketika Ja'far shodiq tiba di tajug dan menyebarkan agama Islam di sekitar wilayah tersebut, beliau tetap menjaga identitas asli wilayah ini sebagai tempat yang disucikan dan dikeramatkan dengan menggantinya menggunakan istilah bahasa Arab Al Quds yang berarti suci.  

Saturday 14 April 2018

Asal-usul desa Prambatan, Prambatan Lor dan Prambatan Kidul

ASAL-USUL NAMA PRAMBATAN, DESA PRAMBATAN LOR DAN DESA PRAMBATAN KIDUL, KECAMATAN KALIWUNGU, KABUPATEN KUDUS


Asal-usul Prambatan dan asal-usul nama desa Prambatan berdasarkan legenda selalu dikaitkan dengan Pangeran Hadirin suami Ratu Kalinyamat penguasa Jepara yang gugur dibunuh Arya Penangsang. Prambatan berada sekitar 1,5 km dari Menara Kudus yang menjadi pusat kota Kudus tempo dulu. Prambatan menjadi medan pertempuran antara dua kekuatan yang memperebutkan tahta kerajaan Demak setelah wafatnya Sultan Trenggono. Saat ini Prambatan dibagi menjadi dua desa, yaitu Prambatan Lor dan Prambatan Kidul di Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus.
Kisah asal-usul Prambatan dan nama desa Prambatan Lor dan Prambatan Kidul Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus adalah sebagai berikut:

asal-usul prambatan, prambatan lor, prambatan kidul
asal-usul Prambatan - peta desa Prambatan Lor
Pati Unus, Raja ke dua kerajaan Demak hanya sebentar berada di atas tahta. Kelelahan fisik selama memimpin operasi militer melawan Portugis di Malaka serta beban pikiran akibat kegagalan armada Demak merebut Malaka menyebabkan kondisi kesehatannya merosot. Beliau hanya memerintah Demak dari tahun 1518 sampai tahun 1521. Jenazahnya dimakamkan di sebelah utara Masjid Agung Demak bersebelahan dengan makam ayahnya Raden Patah,

Karena tidak memiliki putra, maka sesuai urutan, yang berhak menduduki tahta Demak adalah adiknya yaitu Raden Kingkin yang bergelar Pangeran Surowiyoto. Jika Pangeran Surowiyoto karena suatu sebab berhalangan naik tahta, maka ahli waris berikutnya adalah adiknya, yaitu Pangeran Trenggono. Situasi politik di Demak memanas karena sikap pembesar dan para ulama yang tergabung dalam Walisongo terpecah. Sebagian menghendaki suksesi dilaksanakan sesuai urutan yaitu mengangkat Pangeran Surowiyoto menjadi Sultan Demak berikutnya. Sedangkan pihak lain menghendaki Pangeran Trenggono yang naik tahta. Sebab dibanding Pangeran Surowiyoto, Pangeran Trenggono dianggap lebih cakap dalam menjalankan pemerintahan serta lebih populer di kalangan prajurit Demak.

Dalam suasana tarik ulur politik tersebut, pendukung Pangeran Trenggono memilih mengambil inisiarif lebih dulu. Sunan Prawoto, putra Pangeran Trenggono, memutuskan membunuh pamannya sendiri. 

Pangeran Surowiyoto memiliki kebiasaan unik, yaitu menjalankan shalat di atas batu di tengah sungai. Suatu hari, dalam cahaya temaram senja seiring tenggelamnya matahari, Pangeran Surowiyoto bersiap menunaikan shalat Maghrib. Sunan Prawoto yang sudah lama menanti kelengahan sang paman, diam-diam mendekat. Kemudian menghunjamkan keris dan menyebabkan tewasnya sang paman. Pangeran Surowiyoto wafat meninggalkan 2 anak yang masih kecil bernama Aryo Penangsang dan Aryo Mataram. Pangeran Surowiyoto sampai saat ini dikenal masyarakat Jawa dengan nama Pangeran Sekar Sedo Lepen (bunga bangsa yang gugur di tepi sungai).

Dengan wafatnya Pangeran Sekar Sedo Lepen, konflik suksesi kerajaan Demak berakhir. Pangeran Trenggono kemudian naik tahta sebagai Sultan Demak dan lebih dikenal dengan nama Sultan Trenggono. Sejarah kemudian mencatat Sultan Trenggono adalah raja Demak yang terbesar. Beliau berusaha keras menyatukan serta mengislamkan seluruh tanah Jawa sekaligus mencari kesempatan untuk meneruskan perjuangan Raden Patah dan Pati Unus meengusir Portugis.

Ketika sisa-sisa armada Demak pulang dari Malaka. Ada dua orang istimewa yang ikut mengiringi Pati Unus dalam armada tersebut. Yang pertama adalah Raden Toyib, putra penguasa Samudera Pasai di Aceh serta Fatahillah, panglima Samudera Pasai. Kedatangan mereka dimaksudkan untuk mwmperkuat perswkutuan antara Jawa dan Sumatera dalam usaha mengusir Portugis.

Fatahillah kemudian menjadi panglima Demak dan menikah dengan putri Sunan Gunung Jati dari Cirebon. Sedangkan Raden Toyib dinikahkan dengan putri Sultan Trenggono yamg bernama Ni Mas Retno Kencono. Kepada keduanya, Sultan Trenggono menganugerahkan wilayah Jepara untuk dikelola. Raden Toyib kemudian bergelar Pangeran Hadirin yang berarti Pangeran yang datang dari tanah seberang sedangkan putri Retno Kencono bergelar Ratu Kalinyamat.
Tahun 1543, Aryo Penangsang, putra Pangeran Sekar Sedo Lepen telah dewasa. Aryo Penangsang kemudian diangkat menjadi Bupati Jipang (sekarang wilayah Cepu di Blora). Aryo Penangsang adalah pemuda gagah yang gemar mencari ilmu sehingga berguru ilmu agama dan pemerintahan kepada Sunan Kudus. Suatu saat Aryo Penangsang bertanya kepada Sunan Kudus, siapa sebenarnya pembunuh orang tuanya. Dengan berat hati Sunan Kudus menceritakan konflik perebutan tahta Demak sepeninggal Pati Unus. Sehingga dalam hati Aryo Penangsang timbul dendam kepada pamannya, Sultan Trenggono dan sepupunya, Sunan Prawoto.

Menurut catatan penjelajah Portugis, Fernandez Mendes Pinto, Sultan Trenggono gugur saat mengepung kota Panarukan di ujung timur Jawa pada tahun 1546. Sebagai pengganti Sultan Trenggono adalah putranya yaitu Sunan Prawoto sebagai raja Demak ke empat.

Sunan Prawoto ternyata tidak secakap ayahnya dalam hal politik. Beliau justru memindahkan pusat kerajaan Demak dari pesisir pantai utara ke wilayah Pati di pedalaman. Akibatnya perlahan angkatan laut Demak melemah sehingga banyak wilayah Demak yang memisahkan diri tanpa dapat dicegah seperti Banten dan Cirebon.

Di sisi lain, Aryo Penangsang yang merasa lebih berhak atas tahta Demak dibanding Sunan Prawoto, mulai menyusun kekuatan untuk merebut tahta. Pada tahun 1549, Aryo Penangsang siap melaksanakan niatnya menyerang Sunan Prawoto. Namun dicegah Sunan Kudus karena tidak baik sesama saudara saling membunuh. Sebagai gantinya Aryo Penangsang mengirim salah satu senopati yang bernama Rungkud sebagai algojo untuk membunuh Sunan Prawoto. Dalam suatu kesempatan, senopati Rungkud berhasil menusukkan kerisnya ke dada Sunan Prawoto namun Rungkud juga tewas terkena keris Sunan Prawoto. Dengan demikian, Sunan Prawoto wafat pada tahum 1549 dan hanya memerintah selama tiga tahun.

Pasca wafatnya Sunan Prawoto, Ratu Kalinyamat, adik Sunan Prawoto, menemukan bukti keterlibatan Sunan Kudus dan Aryo Penangsang sebagai penyebab kematian Sunan Prawoto. Oleh karena itu Ratu Kalinyamat dan Pangeran Hadirin kemudian pergi ke Kudus.

Sesampainya di Kudus, Pangeran Hadirin dan Ratu Kalinyamat menghadap Sunan Kudus dan menyampaikan protes atas kematian Sunan Prawoto. Sunan Kudus menanggapi protes tersebut dengan mengatakan bahwa kematian Sunan Prawoto wajar dan disebabkan perbuatan Sunan Prawoto di masa lalu yang telah membunuh ayah Aryo Penangsang yaitu Pangeran Sekar Sedo Lepen.

Ketika Pangeran Hadirin dan Ratu Kalinyamat menghadap Sunan Kudus, secara kebetulan Aryo Penangsang juga berada di Kudus. Dengan lihai Aryo Penangsang kemudian menyusun pasukannya dan mempersiapkan penyergapan terhadap rombongan Pangeran Hadirin dan Ratu Kalinyamat.

Karena tidak mendapatkan tanggapan yang memuaskan dari Sunan Kudus, Pangeran Hadirin dan Ratu Kalinyamat memutuskan kembali ke Jepara. Sekitar satu setengah kilometer di sebelah barat Menara Kudus, penyergapan itu terjadi. Dalam pertempuran tersebut, Pangeran Hadirin mengalami luka parah. Meski demikian, dengan sisa-sisa tenaganya beliau tetap bertempur mempertahankan diri sambil merambat (berpegangan pada pohon atau tanaman) hingga akhirnya gugur. Ratu Kalinyamat dan sisa prajurit Jepara berhasil meloloskan diri sambil berlari membawa jenazah Pangeran Hadirin. Darah yang mengucur dari luka-luka pada jenazah Pangeran Hadirin sangat banyak. Akibatnya ketika jenazah tersebut dibersihkan di tepi sebuah sungai, air di sungai tersebut berwarna ungu. Jenazah Pangeran Hadirin kemudian dimakamkan di desa Mantingan.

asal-usul Prambatan - makam Pangeran Hadirin di Mantingan
asal-usul Prambatan - makam Pangeran Hadirin di Mantingan

Lokasi pertempuran tempat Pangeran Hadirin merambat dengan sisa-sisa tenaganya itulah yang kemudian dikenang dan diberi nama Prambatan dan saat ini berkembang menjadi sebuah wilayah yang terdiri dari dua desa, yakni desa Prambatan Lor dan Prambatan Kidul. Sedangkan aungai tempat membersihkan jenazah Pangeran Hadirin hingga airnya berubah warna menjadi ungu kini menjadi desa Kaliwungu.
Demikianlah asal-usul nama desa Prambatan, Prambatan Lor dan Prambatan Kidul Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus. Jika ada rekonstruksi sejarah, tokoh, atau urutan waktu yang kurang tepat, mohon dikoreksi dengan menyertakan rujukan pendukung yang sesuai.

Baca juga: Mitos Kematian Beruntun di Prambatan

Thursday 12 April 2018

Sejarah Kudus

Sejarah kota Kudus dimulai pasca penaklukan Majapahit. Ketika Ja'far Shodiq, seorang ulama, tokoh penyebar agama Islam di pulau Jawa, sekaligus panglima perang pasukan Demak ketika menyerbu ibu kota Majapahit, memutuskan untuk pindah ke Tajug dan bergelar Sunan Kudus.

Tajug pada abad ke 16 adalah tempat yang dikeramatkan umat Hindu dan terletak di tepi pantai bagian selatan jazirah Muria. Pulau Muria tempat Tajug berdiri pada masa itu belum menyatu dengan pulau Jawa. Praktis hubungan transportasi antara pulau Muria dan pulau Jawa waktu itu harus menggunakan perahu.

Di bagian utara jazirah Muria, terletak Jepara, yang dijadikan Demak sebagai bandar perdagangan, galangan kapal dan pangkalan angkatan laut.

Dengan demikian, posisi Tajug yang terletak antara Demak dan Jepara sangat strategis. Setelah Ja'far Shodiq pindah ke Tajug, tempat tersebut diberi nama Al-Quds yang berarti suci dan Ja'far Shodiq kemudian dikenal dengan gelar Sunan Kudus.

Berikut ini adalah beberapa artikel yang kami tulis dan rangkum yang berkaitan dengan sejarah Kudus:

Pangeran Hadirin suami Ratu Kalinyamat

Asal-usul Pangeran Hadirin suami Ratu Kalinyamat dan jatidiri beliau yang sebenarnya sampai saat ini masih samar. Sehingga apa, siapa dan dari mana Pangeran Hadirin berasal masih perlu penelitian lebih lanjut. Berikut ini adalah penjelasan mengenai siapa Pangeran Hadirin serta dari mana Pangeran Hadirin berasal berdasarkan pandangan pribadi penulis.

Nama Hadirin yang melekat pada nama Pangeran Hadirin memiliki arti orang yang datang atau pendatang. Dengan demikian, bisa dikatakan 90% Pangeran Hadirin bukan orang Jawa. Pangeran Hadirin datang dari suatu negeri di seberang lautan.

Ada dua versi mengenai asal-usul dan jatidiri Pangeran Hadirin berasal.


Yang pertama, Pangeran Hadirin berasal dari Pasai (Aceh) sebagaimana halnya dengan Fatahillah sang penakluk Sunda Kelapa. Kegagalan serangan Demak yang dipimpin Pati Unus untuk merebut Malaka dari Portugis, menyebabkan kerajaan di sekitar Selat Malaka termasuk Pasai mengalami kemunduran akibat tekanan Portugis. Hal ini membuat beberapa bangsawan dan pejabat Pasai berinisiatif pergi ke Demak termasuk Pangeran Hadirin untuk melanjutkan perlawanan terhadap Portugis.

Versi ke dua, Pangeran Hadirin berasal dari Cina yang kemudian memeluk Islam dan menjadi murid Sunan Kudus. Oleh Sunan Kudus diperintahkan menempati wilayah dekat sungai yang diberi nama Kalinyamat. Murid Sunan Kudus ini kemudian diberi modal untuk membangun galangan kapal. Karena keahliannya kemudian dipercaya membuat kapal untuk kesultanan Demak.

Demak menentang Portugis


Demak pada abad ke 16 adalah negara Islam yang kuat dan berusaha mencegah masuknya bangsa barat terutama Portugis ke Nusantara. Kunci utama agar tujuan tersebut berhasil adalah angkatan laut yang besar dan tangguh. Untuk itu Kesultanan Demak memerlukan kapal yang jumlahnya memadai serta pangkalan laut yang baik sehingga mampu mempertahankan laut Jawa.

Demak adalah bekas daerah yang berawa-rawa sehingga tidak memiliki hutan lebat sebagai sumber kayu untuk bahan kapal. Tempat yang memiliki sumber kayu jati serta lokasinya tidak jauh dari pantai sehingga memudahkan pembangunan kapal adalah Jepara. Jarak Demak-Jepara juga tidak terlalu jauh, sehingga memudahkan pengawasan. Dengan demikian Jepara adalah suatu wilayah yang sangat strategis bagi Demak. Pertama sebagai sumber kayu jati bahan pembuat kapal. Ke dua sebagai pusat galangan kapal. Dan ke tiga, sebagai pangkalan angkatan laut.

Sebagaimana layaknya sistem pemerintahan feodal masa itu. Tanah atau wilayah yang paling strategis hanya akan diserahkan kepada orang dekat Sultan. Hal ini dilakukan untuk menjamin kesetiaan daerah terhadap kekuasaan pusat serta tentu saja kerahasiaan operasi militer.

Dalam hal ini, Sultan Trenggono, sebagai Sultan Demak III, memilih putri kesayangannya sebagai penguasa Jepara dan diberi gelar Ratu Kalinyamat. Untuk memperkuat posisi Ratu Kalinyamat, tentu diperlukan sosok lelaki tangguh yang mampu mengemban visi dan misi Demak membangun angkatan laut yang besar dan kuat. Sehingga dipilih Pangeran Hadirin untuk mendampingi Ratu Kalinyamat.

Asal-usul Pangeran Hadirin

Penulis memilih versi pertama yang menyatakan Pangeran Hadirin berasal dari Pasai dengan pertimbangan:
  1. Pangeran Hadirin memiliki ambisi untuk mengalahkan Portugis yang telah menghancurkan tanah kelahirannya di Pasai sehingga sesuai dan sejalan dengan kepentingan Demak yang sedang berusaha membendung pengaruh Portugis.
  2. Dengan menjadikan Pangeran Hadirin sebagai suami Ratu Kalinyamat maka Demak memiliki sekutu politik yang memahami situasi serta kondisi di sekitar selat Malaka dan Sumatera bagian timur.
  3. Samudera Pasai adalah negara maritim yang hidup dari perdagangan sehingga pengalaman Pangeran Hadirin tentu berharga untuk membuat Jepara berkembang menjadi kota pelabuhan yang besar.

Versi ke dua walaupun juga masuk akal namun agak sulit diterima. Sebab, nantinya setelah Sultan Trenggono wafat, terjadi kemelut perebutan tahta Demak. Dan pada suatu peristiwa, Arya Penangsang yang juga murid Sunan Kudus, mencegat Pangeran Hadirin dan Ratu Kalinyamat dalam perjalanan pulang setelah menghadap Sunan Kudus. Dalam pertempuran di sebelah barat Kudus tersebut Pangeran Hadirin gugur. Jika kita mengambil versi ke dua sebagai asal-usul Pangeran Hadirin, maka ada sesuatu yang tidak pas, yaitu sesama murid saling bertempur dan saling bunuh. Dan tentunya tidak mungkin seorang Sunan akan membiarkan peristiwa itu terjadi di antara murid-muridnya.

Makam Mantingan tempat Pangeran Hadirin dimakamkan


Kesimpulan tentang dari mana Pangeran Hadirin suami Ratu Kalinyamat berasal


Pangeran Hadirin berasal dari Samudera Pasai (Aceh) yang pergi ke Demak karena ingin mencari pertolongan dan sekutu untuk mengalahkan Portugis. Pangeran Hadirin kemudian dinikahkan dengan putri Sultan Trenggono yang bergelar Ratu Kalinyamat. Mereka berdua diberi tugas memimpin dan mengembangkan Jepara, membuat kapal-kapal perang dan membangun angkatan laut untuk mencegah pengaruh Portugis.

Wednesday 11 April 2018

MITOS DI KUDUS

Mitos atau mythe adalah cerita prosa rakyat yang diturunkan dari generasi ke generasi yang berisi kisah kesaktian para dewa dan tokoh di masa lampau.
Mitos juga diartikan sebagai ajaran atau kepercayaan para leluhur yang dipercaya sampai saat ini sehingga mempengaruhi perilaku dan kepercayaan masyarakat meskipun belum tentu kebenarannya.

MITOS DI KUDUS

Mitos yang berkembang di Kudus sangat beragam. Mulai dari larangan melewati tempat tertentu bagi para pejabat, larangan pernikahan antara warga desa tertentu, maupun kepercayaan yang berkaitan dengan makhluk gaib. Berikut ini adalah beberapa mitos yang berkembang didi Kudus:

Kota Kudus

KOTA KUDUS

Menara Kudus

Kudus adalah salah satu kota di Indonesia yang berasal dari bahasa Arab, Al-Quds, yang berarti Kota Suci. Didirikan oleh Ja'far Shodiq yang bergelar Sunan Kudus. Kudus kemudian berkembang menjadi kota suci yang penting bagi umat Islam di pulau Jawa sejak abad ke 16. Hingga saat ini Kudus selalu didatangi peziarah dan wisatawan dari seluruh wilayah Indonesia dan luar negeri yang ingin ziarah ke makam Sunan Kudus di dalam kompleks Menara Kudus. Menara Kudus adalah landmark kota Kudus.

Dahulu bernama Tajug

Sebelum bernama Kudus atau Al-Quds, wilayah ini dulu biasa disebut dengan nama Tajug sebab banyak bangunan Tajug di sekitarnya. Tajug adalah bangunan mirip Pura yang menjadi tempat keramat dan digunakan beribadah umat Hindu pada masa itu. Saat ini di dalam kompleks Menara Kudus masih ada tempat yang bernama Tajug. Letaknya di sebelah selatan Masjid Al-Aqsha dan digunakan untuk pelaksanaan shalat Tarawih pada bulan suci Ramadhan.

Menara Kudus mirip Candi Singosari di Malang
Tak sama namun bisa dikatakan mirip

Pusat kegiatan kota Kudus di masa lalu adalah kompleks Al-Manaar atau Masjid Al-Aqsha Menara Kudus. Di tempat inilah berlangsung kegiatan ibadah sekaligus pemerintahan yang dipimpin Sunan Kudus. Menara Kudus adalah bangunan menara setinggi 18 meter dan ukuran alas 10 x 10 meter persegi dengan gaya arsitektur Hindu-Budha mirip Candi Jago di Kabupaten Malang dan dibangun menggunakan batu bata merah yang direkatkan tanpa semen seperti pada masa kerajaan Hindu Majapahit.

Gaya arsitektur Menara Kudus dengan pengaruh Hindu-Budha dilakukan untuk menarik simpati penduduk asli yang pada masa itu masih banyak menganut agama Hindu dan Budha. Menara Kudus adalah landmark kota Kudus.

Perkembangan Kudus saat ini

Kudus saat ini telah berkembang menjadi sebuah Kabupaten seluas 425,16 km persegi yang terdiri dari 9 kecamatan, 123 desa dan 9 kelurahan. Kudus saat ini dikenal sebagai pusat industri rokok kretek dan pembuatan jenang.

Tuesday 10 April 2018

Angka Kecelakaan di Kudus Tinggi

ANGKA KECELAKAAN DI KUDUS TINGGI AKIBAT TIDAK TERTIB DI JALAN


Angka kecelakaan di Kudus tinggi dan cenderung meningkat. Berdasarkan data dari Unit Laka Satlantas Polres Kudus yang dimuat Murianews (03/04/2018), pada bulan Maret 2018 telah terjadi 65 peristiwa kecelakaan dan dari peristiwa tersebut 10 orang tewas. Berbagai peristiwa kecelakaan tersebut umumnya terjadi karena pelanggaran rambu lalu lintas dan kurangnya tata tertib serta sopan santun berkendara di jalan.

Selama dua tahun berdomisili di Kudus, secara pribadi saya merasa resah dengan cara sebagian masyarakat Kudus berkendara di jalan. Sehingga saya lebih berhati-hati dan waspada agar tidak menjadi korban kecelakaan gara-gara sikap ngawur pengendara lain.

Berikut adalah beberapa catatan saya mengenai kebiasaan berkendara sebagian masyarakat Kudus yang membahayakan dan berpotensi menyebabkan kecelakaan.
  1. Mendadak buta warna dan buta huruf - Mendadak buta warna dan buta huruf ini umum terjadi jika sampai di traffic light alias lampu lalu lintas alias lampu bangjo. Hal ini biasa saya temui tidak jauh dari tempat tinggal saya yaitu perempatan Toko Alif Prambatan atau yang dikenal juga dengan nama perempatan SMK NU Ma'arif. Di situ sudah tertulis rambu yang jelas terbaca LURUS IKUTI LAMPU LALU LINTAS, yang berarti kalau lampu menyala merah semua pengendara wajib berhenti. Tapi bagi rata-rata pengendara dari arah timur, itu artinya LURUS JALAN TERUS, dan LAMPU MERAH JALAN SAJA serta LAMPU HIJAU TAMBAH NGEBUT. Akibatnya pengendara yang taat dan tertib berhenti saat lampu merah justru seperti orang gila, karena berhenti sendirian sementara yang lain tetap jalan. Bahkan tidak jarang diberi hadiah klakson dan umpatan dari pengendara di belakangnya.
  2. Kebelet Buang Air Besar (BAB) - Mendadak kebelet ingin buang air besar karena perut mules tak tertahankan memang bisa membuat orang melakukan apa saja termasuk ngebut. Jl. Arif Rahman Hakim dekat rumah saya ukurannya tidak terlalu lebar, hanya cukup untuk dua mobil berpapasan. Tapi pengendara yang melintas rata-rata memiliki kecepatan tinggi sehingga membahayakan warga sekitar terutama ibu-ibu dan anak-anak. Mungkin mereka semua sedang kebelet BAB.
  3. Lampu sign (sein) kanan karena mau belok kanan justru disalip (didahului) - Pengendara menyalakan lampu sein kanan kemungkinan ada dua sebab. Yang pertama karena ingin belok kanan, yang ke dua karena ingin mendahului pengendara lain. Jadi secara logika dan sopan santun, pengendara di belakang dan di sekitarnya mestinya memberi ruang manuver yang cukup. Tapi itu jarang berlaku di sini. Ketika saya akan belok kanan dan menyalakan lampu sein, pengendara-pengendara lain di belakang saya akan ramai-ramai pasang lampu sein juga dan dari jauh langsung memacu motornya dan melaju di sebelah kanan saya sehingga menutup manuver saya untuk belok. Heran memang. Mengapa mereka tidak pindah ke lajur sebelah kiri saya sehingga mereka bisa tetap jalan sekaligus memberi saya kesempatan belok kanan? Toh jarak kami masih jauh. Akhirnya tiap kali ingin belok kanan, saya atau istri selain menyalakan lampu sein, juga menjulurkan tangan atau kaki kanan kami sambil memencet klakson untuk memberi tanda tambahan. Berbahaya sebetulnya, tapi lebih nahas lagi kalau sedang posisi belok tiba-tiba ditabrak pengendara lain dari belakang.
  4. Menguasai rumus tabrakan - rumus tabrakan ini saya peroleh dari artikel di harian Suara Merdeka yang ditulis budayawan Prie. G.S belasan tahun lalu. Bunyi rumusnya kira-kira begini: "kalau tidak mau saya tabrak, atau tidak mau terjadi tabrakan, maka minggirlah!" Rumus tabrakan ini yang mungkin dimiliki sebagian warga kudus yang doyan ngebut karena mereka yakin orang lain pasti akan minggir jika mereka ngebut agar tidak terjadi tabrakan. Sayangnya saya tidak menguasai rumus ini.



Yang harus dilakukan untuk mengurangi angka kecelakaan adalah patuh pada aturan lalu lintas, mengembangkan sopan santun dan etika berkendara serta saling menghormati pemakai jalan lain.

Begitulah kira-kira catatan saya berdasarkan pengalaman selama berkendara di Kudus. Niat saya baik, ingin mengurangi angka kematian dan cacat fisik akibat kecelakaan lalu lintas. Semoga bermanfaat.

DISCLAIMER

Disclosure

Kebijakan ini berlaku  sejak  10 April  2018
[prambatankudus.blogspot.com] adalah blog personal yang  penciptaan konten [penulisan, editing maupun update atau pembaharuan tulisan]  disiapkan sendiri.
Blog ini  terbuka untuk kerjasama dengan agency, brand atau pun perorangan yang ingin mempromosikan produk/jasanya dalam bentuk job reviewarticle placement, pemasangan iklan, affiliate, kompetisi dan aneka bentuk kerjasama lainnya sesuai dengan kesepakatan kedua belah  pihak.
Kompensasi yang diterima mempengaruhi konten, topik, dan postingan yang dibuat di blog ini. Konten, review, dan postingan di blog ini tidak selalu berisi konten yang dibayar. Walau demikian pemilik blog akan selalu mengutamakan opini yang jujur, seimbang dan terpercaya atau sesuai dengan pengalaman dari penggunaan produk/jasa yang direview, serta akan selalu menayangkan tulisan-tulisan hasil pemikiran dan kreatifitas milik sendiri.
Adakalanya pemilik blog ini menayangkan konten berupa review produk atau jasa sebagai konten tidak berbayar alias free, ditulis secara sukarela oleh pemilik blog, dikarenakan rasa puas terhadap sebuah produk yang dipakai, membantu teman, atau memang karena pemilik blog senang saja untuk menuliskannya.
Untuk mengajukan klaim produk, penawaran, pertanyaan dan hal lain yang berkaitan dengan produk/jasa yang direview, harus ditujukan kepada pemilik produk dan jasa tersebut. Blog ini hanya memberikan opini dan review.

PRIVACY POLICY

Privacy Policy for Prambatan Kudus


If you require any more information or have any questions about our privacy policy, please feel free to contact us by email at Privacy.
At prambatankudus.blogspot.com we consider the privacy of our visitors to be extremely important. This privacy policy document describes in detail the types of personal information is collected and recorded by prambatankudus.blogspot.com and how we use it.
Log Files
Like many other Web sites, prambatankudus.blogspot.com makes use of log files. These files merely logs visitors to the site - usually a standard procedure for hosting companies and a part of hosting services's analytics. The information inside the log files includes internet protocol (IP) addresses, browser type, Internet Service Provider (ISP), date/time stamp, referring/exit pages, and possibly the number of clicks. This information is used to analyze trends, administer the site, track user's movement around the site, and gather demographic information. IP addresses, and other such information are not linked to any information that is personally identifiable.
Cookies and Web Beacons
prambatankudus.blogspot.com does not use cookies.
DoubleClick DART Cookie
→ Google, as a third party vendor, uses cookies to serve ads on prambatankudus.blogspot.com.
→ Google's use of the DART cookie enables it to serve ads to our site's visitors based upon their visit to prambatankudus.blogspot.com and other sites on the Internet.
→ Users may opt out of the use of the DART cookie by visiting the Google ad and content network privacy policy at the following URL - http://www.google.com/privacy_ads.html
Our Advertising Partners
Some of our advertising partners may use cookies and web beacons on our site. Our advertising partners include ....... 
  • Google

While each of these advertising partners has their own Privacy Policy for their site, an updated and hyperlinked resource is maintained here: Privacy Policies.
You may consult this listing to find the privacy policy for each of the advertising partners of prambatankudus.blogspot.com.
These third-party ad servers or ad networks use technology in their respective advertisements and links that appear on prambatankudus.blogspot.com and which are sent directly to your browser. They automatically receive your IP address when this occurs. Other technologies (such as cookies, JavaScript, or Web Beacons) may also be used by our site's third-party ad networks to measure the effectiveness of their advertising campaigns and/or to personalize the advertising content that you see on the site.
prambatankudus.blogspot.com has no access to or control over these cookies that are used by third-party advertisers.
Third Party Privacy Policies
You should consult the respective privacy policies of these third-party ad servers for more detailed information on their practices as well as for instructions about how to opt-out of certain practices. prambatankudus.blogspot.com's privacy policy does not apply to, and we cannot control the activities of, such other advertisers or web sites. You may find a comprehensive listing of these privacy policies and their links here: Privacy Policy Links.
If you wish to disable cookies, you may do so through your individual browser options. More detailed information about cookie management with specific web browsers can be found at the browsers' respective websites. What Are Cookies?
Children's Information
We believe it is important to provide added protection for children online. We encourage parents and guardians to spend time online with their children to observe, participate in and/or monitor and guide their online activity. prambatankudus.blogspot.com does not knowingly collect any personally identifiable information from children under the age of 13. If a parent or guardian believes that prambatankudus.blogspot.com has in its database the personally-identifiable information of a child under the age of 13, please contact us immediately (using the contact in the first paragraph) and we will use our best efforts to promptly remove such information from our records.
Online Privacy Policy Only
This privacy policy applies only to our online activities and is valid for visitors to our website and regarding information shared and/or collected there. This policy does not apply to any information collected offline or via channels other than this website.
Consent
By using our website, you hereby consent to our privacy policy and agree to its terms.
This Privacy Policy was last updated on: Tuesday, April 10th, 2018.
Should we update, amend or make any changes to our privacy policy, those changes will be posted here.

TERBARU

Kudus Murah Karena Pelit?

KUDUS ADALAH KOTA TERMURAH DI INDONESIA KARENA ORANG KUDUS PELIT? Bisa dikatakan Kudus adalah kota dengan biaya hidup termurah dan paling ...